Kamis, 18 Februari 2016

Yang Terlewatkan

Aku tidak tahu darimana aku harus memulainya.
Pertama mengenalmu, ku pikir kita bisa dekat dan saling mengenal lebih jauh. Dan itu terjadi.
Satu bulan dua bulan tiga bulan... semua berlalu dengan intensitas komunikasi yang begitu jarang.
Aku mengerti betapa waktumu banyak disita, aku sangat mengerti hal itu.
Dan karena itulah aku pernah menunggumu. Berharap kau sadar betapa aku menantimu.
Selang waktu berjalan tiba-tiba kau menghilang. Pernah suatu kali hampir setiap hari ku kirim pesan singkatku untukmu, tapi apa ? kamu tidak pernah membalas semua pesan singkat itu.
Aku masih bisa berpikir positif ; kamu sibuk.
Desember 2015. Aku mulai pasrah terhadapmu. Aku masih menunggumu, tapi aku tidak begitu yakin akan hubungan ini.
Beberapa minggu sebelum tahun baru, pernah kau membuatku merasa yakin kembali bahwa kita punya arah untuk menuju satu tujuan. Sayangnya, itu hanya berlangsung singkat dan sementara.
Pada akhirnya ku putuskan untuk mencoba melupakan mimpiku tentang menunggumu, tentang hubungan ini. Aku mulai menghapus apapun yang berkaitan dengan sosokmu.
Januari 2016. Sudah begitu niat aku untuk belajar tanpamu. Aku mulai lupa denganmu. Namun sekali lagi kamu datang seakan ingin membawaku merangkai mimpi-mimpi itu lagi.
Kamu mengirimkan pesan singkat, kamu menelpon setiap malam. Hanya saja aku tak selalu bisa menjawab teleponmu, karena alasan yang aku yakin kamu sudah mengerti.
Disaat yang bersamaan aku sedang dekat dengan seseorang yang tidak pernah sama sekali terbayangkan jika aku bersamanya.
Februari 2016. Kamu semakin nyata dan dekat seperti dulu. Seakan siap membangun hubungan denganku. Kita pernah sedekat ini bukan ?
Jujur, aku tidak bisa lagi seperti dulu. Sekalipun kau panggil aku “sayang”.  Aku pernah terbang tinggi saat kau panggil aku seperti itu, tapi itu dulu. Saat aku masih sanggup bertahan untuk menunggumu, dan sampai dimana aku memutuskan untuk berhenti dan melepaskanmu. Saat itu aku ikhlas melepaskanmu, tapi Tuhan ingin kau kembali mengusik hariku lagi.
Dimana kamu saat aku benar-benar memerlukanmu ? dimana kamu saat perempuan yang menunggumu menangis karena mengingatmu ? aku tahu benar segala rutinitasmu, seberapa banyak waktumu tersita oleh banyak hal. Aku sangat mengerti!!! Tapi semuanya sudah cukup.
Saat itu, masa liburan telah datang ku pikir kau punya sedikit waktu untuk memberiku kabar. Nyatanya tidak! Tidak sama sekali! Aku menyerah.
Sekarang, kau datang dan kembali memanggilku “sayang”. Tapi maafkan aku, aku tak pernah lagi bisa membalasnya. Sadarkah kau, aku adalah perempuan yang kau lewatkan ? Begitu lama ku tunggu, lalu kau melewatkanku. Begitu lama aku bertahan tapi kau tidak menyadarinya. Maafkan aku, karena aku tak bisa mengungkapkan ini secara langsung. Aku tidak sanggup. Karena aku tidak sanggup mematahkan sayap seseorang yang telah mematahkan sayapku dimasa lampau. Ku harap setelah kamu membaca ini, semuanya akan tetap baik-baik saja. Tapi ini semua pilihanmu, jika kau ingin melupakanku, jika kau ingin tetap baik denganku. Apapun pilihanmu, aku tak berhak untuk memaksamu. Aku pernah jatuh cinta padamu,sayangnya kau tak pernah membantuku bangkit saat aku jatuh cinta padamu, kau hanya berlalu. Dan saat ada orang lain yang membuatku bangkit lalu berjalan lagi, kau kembali membawa mimpiku yang pernah tercipta sedemikian indah karenamu.



Dari perempuan yang kau lewatkan.
Jika jarak sanggup membatasi kita. Tidak dengan doa. Banyak doa yg ku kirimkan untukmu.

Selama dan sejauh ini.