Berjanji untuk
tetap bersamamu, itu yang ku katakan dulu.
Aku meninggalkanmu,aku
yang pergi, aku yang paling tersakiti.
Tahukah kau,
saat rindu datang aku harus seperti apa ? aku hanya bisa berdoa berharap Tuhan
akan menyampaikannya kepadamu.
Melihatmu merupakan
hal yang ku benci kini. Karena apa ? karena aku tidak bisa lagi bersamamu.
Mengenangmu membuatku
semakin tersakiti.
Ku harap ada
seseorang yang dapat menggantikan posisimu. Namun dari sekian banyak yang ku
lalui, tak ada satupun yang sama sepertimu.
Ku pikir aku
bisa menghapusmu dari otakku, dari dalam hatiku. Nyatanya, yang ku lakukan
adalah menyakiti diriku sendiri dengan pergi darimu.
Aku tak bisa
apa-apa, karena kau telah bahagia...tanpa aku.
Menghentikan
kebiasaanku bersamamu, merubah lagi arah tujuan perjalananku, itu semua sulit.
Menggandeng tanganmu
saat berjalan dikeramaian, bercanda denganmu, bahkan bersedih bersamamu, aku
merindukan itu semua. Aku tahu ini takkan terjadi dua kali, takkan ada
kesempatan kedua, karena memang inilah seharusnya yang terjadi. Hanya saja, begitu
sulit bagiku untuk menerima ini semua. Aku masih tak percaya kini aku harus
melihatmu dari jauh. Tidak menggenggam jemarimu, tidak lagi memelukmu,tidak
lagi menghapus air matamu.
Aku yang
paling tersakiti. Aku yang paling merindukanmu, meskipun kau tak begitu.
“ berhentilah mengenangku... “
kalimatmu selalu tergiang-giang ditelingaku. Membuat air mataku jatuh,
menghancurkan harapanku, menghentikan langkahku, meremukkan hatiku. Aku sanggup
tanpamu, tapi aku yang tak mau.
Kehilanganmu,
menghancurkan hidupku.
dari seseorang yang sepenuh hatinya mencintaimu
teruntuk kamu,s