Hujan membawanya pergi
Hujan,kau
begitu ku kenang.
Setiap
rintik yang jatuh adalah alunan indah yang tak sembarang orang bisa
mendengarnya. Hujan,kau adalah ribuan air langit yang jadi kenangan indah sekaligus
duka bagiku.
Hari itu seperti biasanya aku pergi ke
sekolah menaiki alat transportasi bus. Aku duduk di dekat jendela karena aku
senang memadangi setiap bangunan atau apapun itu ketika aku melintasinya. Tapi hari ini hujan turun.
Membuat kaca buram dan aku tak bisa menikmati perjalananku seperti hari
biasanya ; melihat sekitar jalan. Selama di bus aku membunuh waktu dengan
mendengarkan lagu atau main game. Seperti hari ini,hujan---aku main game. Saat
sedang asik main game tiba-tiba ada yang duduk disebelah kursiku.
“ duh...basah!! “ gerutuku saat
laki-laki itu menyibakkan rambutnya yang habis di guyur hujan.
“ eh,sorry yah. Kena loe ya? Duh,maaf
banget ya. “ jawabnya.
“ oh,iya gapapa. Lain kali liat dulu
dong disebelah ada orang atau nggak. “
“ hhee iya maaf ya non...? “
“ panggil gue Dielya “
“ ok, sekali lagi maaf ya Non Dielya.
Aku Reno. “
Sejak hari itu aku menjadi senang akan
hujan. Karena hujanlah yang membuatku bisa kenal dengan Reno. Seorang laki-laki
rapi dan berwajah oriental agak ke jawa-jawaan. Dia bekerja sebagai staf
administrasi sebuah kantor. Dia baru lulus SMA,akan tetapi ia memilih bekerja
dulu sebelum kuliah. Reno...Hujan...
Sejak pertemuan itu setiap menaiki bus
yang sama aku selalu berharap ia akan duduk disampingku lagi seperti saat hujan
pertama kali kami bertemu. Sudah dua bulan aku akrab dengan Reno. Sering
berkomunikasi lewat sms ataupun telepon. Semakin lama,semakin dekat,aku merasa
takut kehilangannya.
Di bulan ketiga ini,dia mulai sibuk
sekali dengan urusan kantornya. Membuat Reno jarang datang pagi seperti dulu
untuk menaiki bus dan duduk disampingku. Membuatku perlahan merasa kehilangan. Rasanya
sepi,dan air matapun akhirnya menetes. Entah apa yang membuat air mata ini
menganak dipipi. Tapi rasanya,aku rindu Reno.
Akhir di bulan ketiga Reno semakin
menghilang dari radarku. Aku rindu dia. Aku mencarinya. Tapi tak ku temukan
langkah kaki kemana ia pergi. Reno,kemana kamu.
Satu minggu terakhir di bulan ketiga. Pagi
itu hujan. Membuatku terkenang dan semakin rindu sosok Reno duduk sebelah
kursiku. Masih jelas dalam benakku tentang awal mula cerita bersama Reno ku
mulai. Saat hujan. Di dalam bis. Duduk berdua. Tanpa unsur kesengajaan. Saat aku
terkenang aku dikejutkan dengan seseorang yang tiba-tiba duduk disebelahku dan
ku kira itu Reno. Ternyata,bukan dia. Orang itu mengambil sebuah amplop dari
tasnya. Lalu bicara denganku
“ kamu Dielya kan? Yang biasa duduk
disini sama Reno. Aku sahabatnya. Aku hanya menyampaikan amanah dari Reno
tentang surat ini.”
“ memangnya Reno kemana? Aku telpon
dan sms dia ngga pernah ada tanda kalo dia bakal angkat telpon atau bales sms
aku. “
“ untuk menjawab tanyamu. Mungkin kau
bisa membaca surat dari Reno itu.”
Surat dari Reno pun ku baca. Ternyata bukan
surat. Tapi sebuah keterangan sakit dari dokter tentang Reno. Yang positif
mengidap kanker darah. Perlahan air mata menetes dan membasahi surat keterangan
sakit itu. Di balik surat itu ada tulisan tangan Reno. Hanya satu paragraph dan
ada namaku.
“ Dielya,mengenalmu saat hujan membuat
tubuhku hangat. Tapi kini aku kaku,dingin,mati. Maafkan aku,aku mencintaimu di
sisa umurku yang singkat. Ikhlaskan aku,karena percayalah aku ada saat hujan
membasahi tubuhmu. Sebanyak apapun air hujan yang menetes,seperti itulah
cintaku padamu. Aku menjagamu dari kejauhan. Dielya...”
Setelah aku membaca surat itu,aku
turun dari bus dan membiarkan diriku di basahi ribuan air langit yang di sebut
hujan. Aku menangis. Aku masih tak bisa percaya jika hujan yang membawa aku
mengenal Reno,dan bersama hujan Reno pergi,selamanya. Hujan mengenalkan ku pada
rasa kehilangan. Duka yang menyakitkan.
Karena itulah setiap kali hujan aku
merasa bahagia. Karena semakin deras hujan,semakin banyak air mata menetes dan
aku tahu Reno masih ada,masih bisa ku rasakan. Reno,masih disisiku.
“Akupun
mencintaimu sebanyak air hujan yang jatuh,sebanyak air mata yang mengalir.”
Cerpen fiksi : (┌˘⌣˘)┌ E.Evfly.N┐(˘⌣˘┐)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar