“ dari hari ke hari, akankah selamanya begini ? “
Aku Avelin,
seorang gadis yang masih saja menunggu pangerannya terbangun dari tidur
lelapnya. Selama sang pangeranku terjaga aku selalu mencoba untuk berlari,
namun aku masih saja lari ditempat, tak pernah kemana-mana. Aku selalu merasa
takut setiap ingin meninggalkannya. Aku selalu merasa tak bisa jauh darinya.
Entah sudah berapa lama aku begini, hanya berdiam menunggunya sadar. Aku mulai
putus asa, akankah Dera bisa sadar dan kembali seperti dulu ? Aku mencoba
melepas kejenuhan dan segala pertanyaan yang ada dalam otakku. Ku coba
melangkahkan kaki tak jauh dari Dera hanya di balkon ruang inapnya. Balkon itu
langsung mengarah ke taman rumah sakit. Ada banyak orang disana ada yang
seperti ku dan ada pula yang berbahagia. Aku sadar jika bukan hanya aku yang
mengalami ini semua. Masih banyak yang mendapatkan cobaan melebihi aku.
Huh...ku hembuskan nafas secara perlahan, dan aku mendapatkan lagi semangat dan
kepercayaan atas harapan kesembuhan Dera.
“ Bik, kenapa foto di rumah Dera itu ada foto pemakaman ?
apa ada maknanya ? “
“ Iya non itu ada maknanya. Foto pemakaman itu adalah foto
terakhir bersama Den Dana. Itu diambil saat prosesi pemakaman Den Dana. Foto
itu khusus kumpulan foto Den Dana. Kalo punya Den Dera ada diruangan lain “
“ Bik, bisa kita kerumah sekarang ? aku ingin melihatnya.
Biar nanti Dera suster yang jaga “
“ Baiklah non “
Aku
beranjak pergi meninggalkan rumah sakit bersama Bibik, kami menuju rumah Dera.
Entah apa yang merasuk, aku sangat penasaran bagaimana kolase foto Dera. Tak
lama menaiki taksi kami sampai dirumah Dera. Aku dan bibik langsung menuju dimana
foto Dera berada. Foto itu berbeda dengan kolase diruang tamu. Foto milik Dera
lebih sederhana. Aku melihat dua foto Dera saat masih bersama keluarganya. Lalu
aku melihat foto Dera sedang bersepeda memakai seragam kasir. Dan yang terakhir
aku melihat foto Dera memakai pakaian formal sedang duduk ditaman membaca buku.
Aku sangat menyukai kolase foto milik Dera. Dan kesimpulan yang bisa ku ambil
dari foto itu adalah Dera mempunyai dua sisi yang berlawanan, ia mempunyai
segalanya dalam bentuk terbalik. Tik...tik... air mataku menganak
dipipi,mengingat ia yang sedang ku ratapi fotonya sedang terbaring lemah
dirumah sakit dengan berbagai selang ditubuhnya.
Aku
selalu merasa sakit saat ia harus menerima berbagai suntikan ditubuhnya.
Tangannya pun sudah membiru akibat banyak tusukan jarum di nadinya. Andai bisa
aku berbagi rasa sakit dengannya, aku akan tanggung separuh sakitnya. Agar aku
bisa merasakan jadi dirinya dan sama sepertinya. Sepi sudah bosan
menghampiriku, namun aku masih saja duduk disini membacakan cerita indah
berharap ia mendengarkan. Saat aku asik membacakan cerita, tiba-tiba jemari
Dera bergerak. Seakan merespond apa yang sedang ku ceritakan.“ Dokter...Dera
dok..!!” aku panik segera memanggil dokter untuk memeriksa Dera. Aku berharap
hari inilah Dera bisa kembali seperti dulu. Dokterpun segera datang.
“ Dera mulai menunjukkan perkembangan. Ia mulai merespond
sekitarnya. Teruskan saja apa yang mau kamu lakukan. Mungkin itu bisa memancing
kesadarannya. Teruslah optimis nak. “
“ Apa besar kemungkinan Dera sadar ? “
“ Saya tidak pernah tahu itu. Saya tidak bisa memperkirakan
semuanya, karena segalanya bisa saja terjadi nak. Saya kembali keruangan dulu
ya.”
Begitulah
kata dokter yang merawat Dera. Aku harus tetap disisinya dan memancing
kesadarannya. Tapi apakah aku bisa ? Berhari-hari aku mencoba segalanya untuk
Dera, sampai dimana hal yang ku takutkan terjadi
“ Avelin...”
“ Dera.. kamu sudah sadar Der? “
“ Avelin, temui orang ini untuk aku. Sampai jumpa
dikehidupan mendatang sayang.. “
Wajah pucatnya tersenyum padaku,
tak lama kemudian ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan perlahan
dan ia pun menghilang. Dera meninggal dunia. Hatiku hancur. Harapanku pupus.
Selamat tinggal cintaku...
Setelah
kepergian Dera aku selalu begini, ingin kerumah sakit dan menetap diruangan
yang selama ini aku lewati dengan Dera. Rasanya begitu singkat cerita cintaku
dengan Dera. Aku hanya diberikan satu hari mengenalnya dan berhari-hari aku
harus menunggu ia sadar, dan saat ia sadar Tuhan membawanya pulang.
“ Dera...apa kau merasakan rindu ini disana ? “
“ Iya, aku pasti rindu kamu Avelin “
“ Dera...beritahu aku akhir kisah ini “
“ Avelin, kau harus melewati semuanya maka kau akan tahu
akhirnya “
Lagi-lagi
aku bermimpi Dera. Setiap kerumah sakit aku selalu duduk ditaman dan tertidur
disana, karena hanya disanalah aku bisa memimpikan Dera dengan kenyataan 95%.
Menurutmu ini aneh ? Aku memang selalu bermimpi, tapi aku merasakan mimpi itu
nyata setiap ada ditaman ini. Aku beranjak pergi pulang kerumah. Selama diperjalanan
ku buka lagi berbagai catatan kecil yang ada dibuku ku, mengenang cerita
cintaku dengan Dera. Lalu sampailah aku dihalaman terakhir saat Dera meninggal.
Aku teringat pesannya jika aku harus menemukan seseorang untuknya. Tapi siapa ?
bagaimana aku bisa mencarinya ?
Hari ini kuputuskan untuk pergi kerumah Dera, untuk
menjenguk Bibik.
“ Ayuk masuk non. Mau kekamar den Dera ? “
“ Iya bik, saya mau ke kamar den Dera saja. Buatkan saya teh
hangat ya bik. Peras sama jeruk. Saya lagi ngga enak badan “
“ Siap non. Nanti bibik antar ke kamar “
Sampai
di kamar Dera, aku mulai menjelajah semua isi kamar Dera. Aku harus menemukan
petunjuk siapa orang yang harus aku temukan untukknya. Karena aku yakin itu
adalah orang yang berarti bagi Dera, siapa tahu jika aku menemukannya Dera akan
semakin bahagia disana. Berbagai tumpukan buku sudah ku runtuhkan. Setiap
halamannya sudah ku buka, namun semuanya tak memberikan petunjuk apapun.
“ ini non tehnya. Silahkan diminum “
“ makasih ya bik. Maaf berantakkan nanti aku beresin lagi “
“ emang non Elin nyari apa ? “
“ saat terakhir Dera ia menyuruhku untuk menemukan
seseorang. Tapi ia tak memberi tahu siapa orangnya. Apa bibik tahu ? “
“ sebentar...mungkin bibik tahu. Mungkin orang itu adalah
Adrian, itu adalah orang yang selama ini mendampingi Dera non. Bukan saudara,
mungkin hanya teman. Tapi dia akhir-akhir ini sibuk dan tidak pernah kesini.
Bahkan saat pemakaman Dera saja Adrian tidak hadir, ia datang pada saat orang
sudah tidak ada lagi dimakam. Bibik melihat itu, karena bibik orang terakhir
yang pulang dari pemakaman Dera “
“ Adrian ? apakah aku mengenalnya bik ?”
“ mungkin saja non, wajahnya sangat mirip dengan Dera. Sikap
dan sifatnya pun sangat sama. Makanya mereka cocok dalam segala hal. Berbeda
dengan Dana, Dana sangat bertolak belakang dengan Dera “
Adrian
? siapa lagi ini ? apa maksud Dera menyuruhku menemukannya ? Aku kembali sibuk
membongkar semua buku yang ada dikamar Dera. Aku membuka laptop yang biasa
digunakannya. Saat melihat wallpapernya, aku melihat dua orang yang sangat
mirip “ inikah Adrian ? “. Aku mulai membuka berbagai folder di docummentnya.
Aku menemukan sebuah document dengan judul cinta terakhirku. Aku mengklik file
itu, dan terbukalah sebuah fotoku dengan cerita panjang dibawahnya. Entah dimana
ia mendapatkan fotoku. Ah..Dera!!
Namanya Avelin. Gadis yang selama ini selalu ku tunggu kehadirannya. Oh
ya, Avelina..apa kabarmu disana ? Kakak segera menyusulmu ke sana. Sekarang
kakak sudah menemukan orang yang kamu minta cari tahu. Kau memang benar,
namanya mirip denganmu. Wajahnyapun hampir serupa manisnya denganmu.
Avelina...kakak sudah tahu akhir kisah ini. Tapi kakak takut jika mengecewakan
Avelin. Kakak memang mencintainya sejak kau memberitahu kakak semua tentangnya.
Avelin...Avelina... aku mencintai kalian. Tapi tubuhku sudah tak kuat menahan
sakit ini. Aku tahu, cepat atau lambat aku akan pergi.
Aku
hanya bisa tersenyum melihat tulisan Dera. Lalu aku membuka file lainnya dengan
judul Adrian. Setelah ku klik, nampaklah foto Adrian. Seseorang yang sangat
mirip dengan Dera.
Ini Adrian. Dia orang yang selama ini mendampingiku. Layaknya saudara
kembar, kami memang mirip tapi tak sedarah. Adrian tinggal di kompleks
perumahan sederhana. Tak jauh dari rumahku. Aku satu kampus dengannya. Banyak
yang mengira kami kembar dan homo. Hhaaaaa lucu! Aku tidak seperti yang
dibicarakan mereka. Aku dan Adrian memang dekat, itu semua karena pekerjaan dan
rumah kami. Aku tidak mempunyai saudara lagi dan dia juga hidup sendirian
dikota besar ini. Maka aku sudah menganggapnya sebagai kakak ku sendiri. Karena
selama ini aku dan Dana tak pernah seakrab anak kembar lainnya. Dana...aku
merindukanmu saudaraku.
Akhirnya aku
menemukan titik jelas dari siapa yang harus ku temukan. Adrian!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar