Kamis, 21 April 2016

Love is right.


Ada beberapa hal yang ku alami tentang cinta. Cinta memang selalu benar, namun cara seseorang mencintailah yang terkadang salah.

“ selamat tidur sayang “
Lembut suaranya membuatku terlelap dengan tenang. Di kecupnya keningku, dibelainya rambutku hingga ia yakin aku telah berada di alam mimpi. Sepanjang malam ku rasakan hangatnya cinta bersamanya. Rasa nyaman dan aman yang ia ciptakan sanggup membuatku yakin dan berkata “iya” atas apapun yang ia inginkan. Saat ia terlelap juga tanpa sengaja aku terbangun. Ku pandangi wajahnya, ku raba setiap lekuk dari wajahnya, matanya, hidungnya, bibirnya. Dalam hatiku berdoa “ Tuhan, jagalah ia kala aku tak sanggup menjaganya. Jadikan ia yang terakhir dalam penantian ini. Tuhan, aku mencintainya “, ku kecup lembut bibirnya. Malam ini adalah malam yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya. Dia sanggup meyakinkan ku dan untuk berkata “iya”. Memang terlalu bodoh untukku jika selalu ku penuhi setiap permintaannya. Tapi sekali lagi ia meyakinkanku “ Sayang, aku ini calon suamimu. Ngga mungkin aku ninggalin kamu “. Sekali lagi pula aku bodoh karena yakin kepadanya, karena memenuhi keinginannya. Sekali lagi aku berucap dalam hati “ Tuhan, maafkan aku untuk yang kesekian kalinya “. Ku lalui malam itu dengannya, sepanjang malam bercanda dan berbahagia. Merasakan cinta dan kasih sayang sepenuhnya. Aku sadar aku bodoh dan ini salah. Entah mengapa hanya ia yang sanggup membuatku begini. Tuhan menghukumku seumur hidupku ; penyesalan dan rasa hina.

Tuhan memang akan selalu baik dan tidak akan salah. Disaat ku lakukan kesalahan besar yang tidak termaafkan ia berikan aku seorang malaikat yang mungkin saja tepat untukku. Pantaskah aku mendapatkan ini setelah seberapa banyak hal dan kesalahan yang ku lakukan ? Tuhan menghukumku sekali lagi dan sekali lagi.

Love at the first sight.
“ izin masuk pak! “
Lelaki itu melangkah pasti lewat didepanku dan barisan kursi yang ada. Mataku tetap tertuju padanya sesampainya ia memilih untuk duduk barisan depan ; barisan yang tersisa. Aku merasa mengenalnya, wajahnya tak asing tapi aku tak tahu siapa ia sepenuhnya. Sesampainya pada sesi absensi, akhirnya ku mengetahui siapa namanya ; Keenan. Nama yang unik tapi sepadan dengan gaya dan sikapnya yang terkesan dingin namun tetap murah senyum. Pelajaran berakhir, ia bergegas keluar tanpa memperdulikan sekelilingnya, tanpa ia sadar pandanganku selalu tertuju padanya. Penasaran sekaligus menarik itulah dirinya ; Keenan.

Sejak saat itu ia menjadi salah satu magnet bagiku. Dia tak pernah tahu siapa aku, sampai pada saatnya ia harus mengenalku. Adalah hal lucu saat kami saling mengenal. Keenan, Keyla, tentu saja absensi kami nama nya berurutan. Jauh sebelum ini kami sudah saling mengenal di dunia maya. Sudah sering bercanda dan berbagi hal satu sama lain, namun ia masih saja tidak mengenaliku. Hari itu ia dating terlambat seperti halnya pertama kali ia masuk di kelas. Aku tersenyum saat ia melangkah melewati barisan kursiku. Langkahnya tegap, dengan tas punggung yang hanya dikaitkan di satu lengannya saja. Sepatu cats vans hitam dengan tali putih, kaos hitam polos dengan jeans biru abu-abu. Pemandangan yang sangat indah yang membuat mataku selalu tertuju padanya.
“ Keenan Adipati “ dosen mengabsen namanya. Aku mulai gugup karena ini pertanda ia akan mengenaliku.
“ Hadir bu! “ sahutnya tegas.
“ Keyla Drupadi “ absensi ini akan mengakhiri ketidaksaling mengenalnya aku dan Keenan.
“ Hadir bu! “ jawabku.
Keenan langsung berbalik dan mencari aku. Finally, he’s found me. Aku tersenyum dan melambai tangan kepadanya, ia membalas senyumku dengan tawa yang sangat memikat.
Oh Keenan! Tuhan mengirimkan kamu disaat yang tepat. Disaat aku ditinggal pergi oleh laki-laki bajingan itu. Laki – laki penipu yang sanggup memperdayai aku. Bullshit untuk setiap kata cinta yang ia sebutkan malam itu. Janjinya hanya akan menjadi janji seorang penipu yang tidak pernah ia tepati. Tuhan menghukumku dengan menyesali ini, dengan menghadiahkan kamu.

“Keyla ? “
“ Iya ? “
Selanjutnya ia mengajakku untuk sekedar ngobrol di sebuah coffee break di dekat kampus. Ia tertawa saat ku ceritakan bagaimana bisa aku tertarik padanya. Bagaimana perasaanku saat ia tidak mengenaliku. Tertawa bersama, saling menceritakan dan berbagi satu sama lain. Tak terasa senja memaksa kami untuk berpisah. Kami mengakhirinya dengan selfie berdua. Foto itu menjadi hal penting karena menjadi bukti kami pernah bersama duduk berdua saling tersenyum.

====== to be continued =====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar