“ Selamat
natal untuk wanita yang ku cintai ,yang ber-rumah di gereja. Semoga dirimu
selalu diliputi kebahagiaan” – Riza,kekasihmu.
“ Selamat pagi. Merry chirstmas ya
sayang. Semoga kamu selalu diliputi kebahagiaan. Salam ya buat keluarga kamu.”
“ Iya,makasih ya. Maaf kita ngga
bisa jalan hari ini. Padahal udah satu bulan kita ngga jalan bareng. “
“ Iya,ngga apa-apa. Aku tahu kok
natalan pasti jauh lebih penting dari aku. Ntar malam aja ya kita ketemu di
cafe biasa. “
“ Ok. Aku ke gereja dulu ya sayang.
See you tonight. Ntar kita SMS-an lagi.”
Ini adalah tahun kedua
aku merayakan natal bersama Riza. Dan setiap natal ia selalu memberi ku kado.
Walaupun kami beda agama. Dia sangat menghormati keyakinanku. Begitu pula aku.
Aku sangat menghormati keyakinannya. Dalam perbedaan yang sulit untuk
disatukan,kami saling mencintai dan menghormati perbedaan ini.
Agamaku...Agamanya...
Natal kali ini rasanya
lebih berat. Karena dua tahun sudah hubunganku dengannya dan orang tuaku belum
pernah tahu sedikitpun tentang kekasihku ; Riza. Aku ingin mengenalkannya tapi aku takut
apa yang menjadi mimpi burukku itu terjadi. Riza mengerti aku. Hanya dia yang
mampu menepis segala ke egoisanku. Saat melihat wajahnya,aku melihat kedamaian
tersendiri. Sejuk,dan wajahnya tak pernah bosan untuk dipandang. Aku pernah
berpikir jika aku akan merubah keyakinanku. Lalu menikah dengan Riza,dan kami
akan hidup bahagia. Tapi, aku harus berpikir dua kali karena didunia ini aku
tidak hidup sendirian. Ada keluargaku yang siap menghancurkan khayalanku. Yang siap
menentangku bagaimanapun caranya.
Selesai merayakan
natal,aku menemui Riza yang sudah datang lebih dulu daripada aku. Wajahnya
terlihat sejuk. Dari kejauhan ku lihat ia menyeruput kopi hitam yang biasa ia
pesan di cafe ini. Semakin dekat aku berjalan rasanya aku semakin gugup,seperti
pertama bertemu dulu.
“ Riza “
“ Hallo Celia ku yang cantik. Wah
kamu cantik banget malam ini. Kayak malaikat. “
“ Hehehe,bisa aja kamu. Udah lama
nunggu? Maaf ya aku telat. Tadi nunggu taksi dulu. “
“ Iya,ngga papa. Gimana natalannya?
Rame? “
“ Puji Tuhan,rame kok. Lebih rame
lagi kalo aja ada kamu. Kalo aja kita satu. “
“ Hmm,maaf ya sayang. Besok jadi
ikut baksos? “
“ Jadi. Kenapa? “
“ Aku juga ikut. Soalnya aku
panitianya.”
“ Hah?Kamu panitia baksos besok?
Kok aku ngga tahu?”
“ Surprise sayang. Besok aku jemput
kamu ya? “
“ Boleh. Ditempat biasa aja ya.”
“ Oke darlin’ “
Rasanya natal kali ini
jauh lebih bermakna dari tahun pertama aku dengan Riza. Natal kali ini dia
benar-benar membuatku memahami arti perbedaan yang ada diantara kami. Kami
memang sulit bersatu. Tapi jauh dari segala perbedaan yang ada. Hati kami satu.
Bersama orang yang
kucintai. Yang ada dihadapan mataku. Aku menikmati malam natal. Di cafe tempat
kami sering bercengkrama. Tempat dimana aku sering melihat
senyumnya,tawanya,serta sedihnya. Dan kami asik bercerita,dan sesekali menyeruput
kopi. Natal kali ini pertanyaanku masih belum terjawab.
“Bisakah cinta ini bersatu? Jika bisa mungkin itu kado natal yang pernah
ada dihidupku”
Riza,aku
hanya bisa seperti ini denganmu. Berjalan berdua. Menapaki hari demi hari yang
kita sendiri tak pernah bisa menduganya. Mungkinkah hari esok kita bisa seperti
ini terus? Dalam perbedaan yang melekat. Cinta juga akan terus mendekap.
Semakin dalam. Hingga aku tenggelam dalam putihnya hatimu.
---
Riza dan Celia
Natal Kedua Cinta yang penuh pertentangan
agamu,agamaku,cinta kita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar