Jumat, 16 November 2012

Hujan membawanya pergi


Hujan membawanya pergi

Hujan,kau begitu ku kenang.
Setiap rintik yang jatuh adalah alunan indah yang tak sembarang orang bisa mendengarnya. Hujan,kau adalah ribuan air langit yang jadi kenangan indah sekaligus duka bagiku.

          Hari itu seperti biasanya aku pergi ke sekolah menaiki alat transportasi bus. Aku duduk di dekat jendela karena aku senang memadangi setiap bangunan atau apapun itu ketika aku  melintasinya. Tapi hari ini hujan turun. Membuat kaca buram dan aku tak bisa menikmati perjalananku seperti hari biasanya ; melihat sekitar jalan. Selama di bus aku membunuh waktu dengan mendengarkan lagu atau main game. Seperti hari ini,hujan---aku main game. Saat sedang asik main game tiba-tiba ada yang duduk disebelah kursiku.
          “ duh...basah!! “ gerutuku saat laki-laki itu menyibakkan rambutnya yang habis di guyur hujan.
          “ eh,sorry yah. Kena loe ya? Duh,maaf banget ya. “ jawabnya.
          “ oh,iya gapapa. Lain kali liat dulu dong disebelah ada orang atau nggak. “
          “ hhee iya maaf ya non...? “
          “ panggil gue Dielya “
          “ ok, sekali lagi maaf ya Non Dielya. Aku Reno. “
          Sejak hari itu aku menjadi senang akan hujan. Karena hujanlah yang membuatku bisa kenal dengan Reno. Seorang laki-laki rapi dan berwajah oriental agak ke jawa-jawaan. Dia bekerja sebagai staf administrasi sebuah kantor. Dia baru lulus SMA,akan tetapi ia memilih bekerja dulu sebelum kuliah. Reno...Hujan...
          Sejak pertemuan itu setiap menaiki bus yang sama aku selalu berharap ia akan duduk disampingku lagi seperti saat hujan pertama kali kami bertemu. Sudah dua bulan aku akrab dengan Reno. Sering berkomunikasi lewat sms ataupun telepon. Semakin lama,semakin dekat,aku merasa takut kehilangannya.
          Di bulan ketiga ini,dia mulai sibuk sekali dengan urusan kantornya. Membuat Reno jarang datang pagi seperti dulu untuk menaiki bus dan duduk disampingku. Membuatku perlahan merasa kehilangan. Rasanya sepi,dan air matapun akhirnya menetes. Entah apa yang membuat air mata ini menganak dipipi. Tapi rasanya,aku rindu Reno.
          Akhir di bulan ketiga Reno semakin menghilang dari radarku. Aku rindu dia. Aku mencarinya. Tapi tak ku temukan langkah kaki kemana ia pergi. Reno,kemana kamu.
          Satu minggu terakhir di bulan ketiga. Pagi itu hujan. Membuatku terkenang dan semakin rindu sosok Reno duduk sebelah kursiku. Masih jelas dalam benakku tentang awal mula cerita bersama Reno ku mulai. Saat hujan. Di dalam bis. Duduk berdua. Tanpa unsur kesengajaan. Saat aku terkenang aku dikejutkan dengan seseorang yang tiba-tiba duduk disebelahku dan ku kira itu Reno. Ternyata,bukan dia. Orang itu mengambil sebuah amplop dari tasnya. Lalu bicara denganku
          “ kamu Dielya kan? Yang biasa duduk disini sama Reno. Aku sahabatnya. Aku hanya menyampaikan amanah dari Reno tentang surat ini.”
          “ memangnya Reno kemana? Aku telpon dan sms dia ngga pernah ada tanda kalo dia bakal angkat telpon atau bales sms aku. “
          “ untuk menjawab tanyamu. Mungkin kau bisa membaca surat dari Reno itu.”
          Surat dari Reno pun ku baca. Ternyata bukan surat. Tapi sebuah keterangan sakit dari dokter tentang Reno. Yang positif mengidap kanker darah. Perlahan air mata menetes dan membasahi surat keterangan sakit itu. Di balik surat itu ada tulisan tangan Reno. Hanya satu paragraph dan ada namaku.
          “ Dielya,mengenalmu saat hujan membuat tubuhku hangat. Tapi kini aku kaku,dingin,mati. Maafkan aku,aku mencintaimu di sisa umurku yang singkat. Ikhlaskan aku,karena percayalah aku ada saat hujan membasahi tubuhmu. Sebanyak apapun air hujan yang menetes,seperti itulah cintaku padamu. Aku menjagamu dari kejauhan. Dielya...”
          Setelah aku membaca surat itu,aku turun dari bus dan membiarkan diriku di basahi ribuan air langit yang di sebut hujan. Aku menangis. Aku masih tak bisa percaya jika hujan yang membawa aku mengenal Reno,dan bersama hujan Reno pergi,selamanya. Hujan mengenalkan ku pada rasa kehilangan. Duka yang menyakitkan.
          Karena itulah setiap kali hujan aku merasa bahagia. Karena semakin deras hujan,semakin banyak air mata menetes dan aku tahu Reno masih ada,masih bisa ku rasakan. Reno,masih disisiku.
“Akupun mencintaimu sebanyak air hujan yang jatuh,sebanyak air mata yang mengalir.”


Cerpen fiksi : (┌˘˘)┌ E.Evfly.N​┐(˘˘┐) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar