Awal :
Hari
yang sudah berlalu,ya sudahlah terlalui. Tak ada yang perlu disesali. Aku
seperti biasa menjalani hidupku yang berteman sepi ini.
“Jel,kenapa
bengong ?” tanya temanku yang tiba-tiba membuyarkan lamunanku.
“Hhee…ngga
apa-apa kok Shita sayang” balasku dengan lembut dan sebuah simpul senyuman.
“Ada
yang dipikirin yah Jel?Ada masalah?Sharing dong ke aku! Atau kamu masih mikirin
si----“ Shita teman akrabku mulai nyrerocos lagi dengan polosnya,dan sejenak
menghentikan kalimatnya menyuruhku menjawab.
“Shita
Muliya Nirwana,teman baik-ku tercinta,tersaaayyaaangggg…. Aku ngga apa-apa!
Cuman mikirin bisnis kok” jawabku sembari mencubit pipinya yang gembul itu.
“Aduuuhhhh
Jel,iya iya iya deh…apa kata kamu aja! Tapi berenti dong nyubitnya. Kan sakit”
dengan nada kesal iya menyahut.
“iya iya
Shita sayang. Maaf ya! Habisnya,kamu nanya mulu..hhee” kali ini senyum lebar
yang ku tunjukkan padanya.
Bel
tanda masuk kelas pun berbunyi,segera aku dan Shita pergi ke kelas. Oh
ya,perkenalkan aku adalah seorang gadis berusia 17 tahun,yang sedang menuntut
ilmu di SMA kelas sebelas IPS,aku terlahir di lingkungan yang
berkecukupan,ayahku seorang Polisi sekaligus perawat,ibuku hanya seorang PRT
alias pekerja rumah tangga,aku anak sulung dari dua bersaudara,adikku laki-laki
bernama Reyhan Aldion yang biasa disapa Dion,dan aku sendiri bernama : Anjeliya
Radhian !
*dikelas---pelajaranpun
dimulai
Hari ini merupakan hari-hari dimana
sebentar lagi aku akan pindah kelas---ke kelas duabelas. Ya,mungkin dalam kurun
waktu kurang dari satu bulan saja lagi aku menempati dan bersama kelas ini.
Kelas sebelas IPS 3 adalah kelas yang bagiku sangat berkesan selama ku
tinggali. Aku sebangku dengan Shita tentunya. Ya,dia adalah teman baikku semasa
SMA. Aku mengenalnya memang sudah lama,kami satu taman kanak-kanak,satu SD,dan
dipisahkan beda SMP,lalu akhirnya berjumpa lagi di SMA. Awalnya memang tak
se-akrab sekarang,tapi menurutku diantara teman ataupun sahabatku yang
lainnya,Shita-lah orang yang benar-benar searah dengan jalan pikiranku..hhee!
aku masuk jurusan IPS dengan bangga loh! Karena aku punya harapan besar kalo
aku masuk dijurusan IPS yaitu beasisiwa. Dulu waktu masih kelas
sepuluh,teman-temanku yang lain tuh berusaha banget buat masuk IPA,tapi hal itu
ngga terjadi sama aku. Berhubung ngga terlalu tertarik sama ilmu alam,terus aku
ngga suka ngitung-ngitung gitu. Aku lebih suka sosial : memahami kehidupan sekitar,mempelajari
kejiwaan orang,mengetahui bagaimana kondisi ekonomi ataupun politik negara. Ya!
Aku memang sangat tertarik dengan ilmu sosial,khususnya pada bidang sosiologi
tentunya.
Pelajaran
hari ini dibuka dengan mapel geografi. Bagi gue geografi adalah pelajaran yang
cukup ngebuka lebar pintu pengetahuan gue tentang dunia.
“
Assalamu’alaikum. Selamat pagi anak-anak” sapa ibu geografi kami yang bernama
sangat cantik yaitu Nurfatimah Cantikadewi. Yang akrab disapa ibu Tika oleh
anak satu sekolahan.
“ Wa’alaikumsalam”
jawab kami serempak satu kelas yang notabene beragama muslim, menjawab salam
dari ibu Tika.
Ibu Tika
yang sudah berumur namun masih terlihat menawan tersebut mulai memanggil nama
kami alias lagi ngabsen! 10 menit beliau selesai mengabsen,lalu Bu Tika sedikit
memberi penjelasan kepada kami.
“
kerjakan tugas yang sudah Ibu bagikan ini. Maaf sebelumnya Ibu tidak bisa
mengajar seperti biasa hari ini dikarenakan Ibu sedang sibuk mengurus siswa
baru dan mengurus kenaikan kelas tahun ini” jelas Bu Tika.
Ibu Tika
memang bukan hanya sekedar guru geografi kami,beliau juga ambil bagian dalam
struktur sekolah sebagai staf kesiswaan. Yang artinya beliau ngurusin segala
sesuatu tentang siswa-siswi di sekolah ini. Bukan hal baru jika beliau teramat
sibuk,trus ninggalin muridnya sama setumpuk tugas---huftt.
Bu tika
sudah keluar dari kelas. Dan bukannya ngerjain tugas ya kami malah main dan
keluar masuk kelas mondar mandir kesana-kemari. Ya,emang gitu keseharian
kami…hahaha! Tugas kali ini ku ganti dengan melamun. Bukan soal cinta atau apa
yang dilamunin,tapi soal hidup tepatnya tujuan dan cita-cita,bukan cinta!
Sering banget aku kayak gini—sendirian,ngelamun,atau ngga baca buku,novel
tentunya! Tiba-tiba Shita ngusik aku lagi,
“Jel,ke
kantin yuk. Temenin aku makan. Laper nih.” Ajaknya manja.
“hmm…cuman
nemenin?” tanyaku polos.
“ lah
mau-mu emang apa Anjeliya sayang?” balasnya.
“ya
bayarin gitu aku makan. Masa aku cuman ikut nemenin kamu makan,trus ngiler gitu
ngeliatin kamu?” jawabku merayu.
“Anjel
Anjel…! Yaudah kita makan bareng. Aku yang bayar.” Sahutnya dengan terpaksa.
“nah
gitu dong Shisi” simpul senyum kurajut untuknya.
“hah?
Shisi? Pliiisssss deh Jel…itu panggilan kecil aja. Aku udah SMA.” Ketus Shita
menjawab.
“ Iya
deh,nona Shita yang cantik. Yuk capcus” sahutku lekas.
Lalu
kami-pun beranjak dari kelas menuju kantin. Disana banyak murid-murid lain yang
juga sedang santai,padahal gurunya lagi ngajar dikelas. Ngga sengaja aku liat
kearah kanan kantin. Kaka kelas yang selama ini ku kagumi sedang melamun
sendirian. Tak seberapa lama,temannya membawanya beranjak dari pandanganku.
Kaka kelas itu sudah lama ku kenal,mantan pacar teman baikku (bukan Shita). Ah
lupakan----tak ada gunanya jika bicara soal ini,gumamku dalam hati. Shita yang
sudah memesankan ku makanan,ia datang menghampiriku yang sudah lama duduk
dimeja makan. Shita membawa jus wortel kesukaan-ku dan kue brownis coklat yang
jadi favoriteku selama itu buatan ibu kantin..hhee. sedangkan Shita memesan
nasi goreng dan the es manis tentunya. Itu makanan kesukaannya kalo lagi makan
dikantin. Setengah jam berlalu---tak terasa jam pelajaran geografi sudah
berakhir dan berganti lagi dengan pelajaran yang lain. Perut sudah terisi dan
sekarang harus dibakar alias sekarang waktunya pelajaran olah raga. Hmm…bagiku
pelajaran olah raga adalah hal yang relatif. Kadang asik dan lebih banyak ngga
asik-nya. Aku suka basket. Ya! Dan basket selalu jadi tujuan utama saat olah
raga gurunya ngga ada..hhee. waktu asik-asiknya main basket eh ada berita
panggilan yang diumumin sama guru dari kantor guru.
“perhatian
anak-anak. Berita panggilan untuk Anjeliya kelas 11 IPS 3 agar diharapkan
secepatnya ke kantor guru.Ada yang perlu diselesaikan” suara ibu guru siapakah
itu aku-pun tak tau. Yang ku tau,yang dipanggil itu adalah namaku.
Aku-pun
bergegas menuju kantor guru dari lapangan basket yang hanya berjarak 300 meter
dari tempatku berada. Segera ku telusuri dan ku cari guru yang memanggilku.
Lalu ada seorang guru memanggilku,
“Anjeliya.
Kemari. Masuk keruang kesiswaan” panggil ibu Rahmi yang membuat berita
panggilan untukku tadi. Aku-pun lekas menuju ruang kesiswaan. Sesampainya
disana yang ku lihat ada ibu Tika dan beberapa staf kesiswaan lain-nya terlihat
cemas,lalu ku mulai pembicaraan diantara kami,
“Assalamu’alaikum.
Saya Anjeliya. Ada yang memanggil saya bu?pak?”
“Jel,kamu
ngga apa-apa kan?” tanya ibu Tika dengan cemas dan meremas tanganku.
“saya
ngga apa-apa bu. Ada apa ibu menjadi
begini cemas terhadap saya?” tanyaku bingung.
“bukan
hanya bu Tika yang cemas Anjel,semua guru mencemaskanmu” sahut Pak Roni,guru
matematika-ku.
Aku
semakin bingung melihat setiap raut wajah guruku yang terlihat sangat
mencemaskan-ku. Lalu ibu Tika pun mulai menjelaskan.
“Anjel,tadi
ada petugas dari polisi lalu lintas. Menemukan kendaraanmu dan kartu pelajar
kamu di jurang dekat sekolah. Dan beberapa hari ini teman-temanmu mengatakan
bahwa kamu sering melamun dan menyendiri. Ibu kira kamu nekad keluar sekolah
tanpa izin dan bunuh diri” jelas bu Tika yang mulai berkeringat.
“hah
kendaraan dan kartu pelajar saya bu?” jawabku bingung.
“saya
dari pelajaran ibu tadi disekolah saja bu,tidak keluar sekolah. Saya jujur,tadi
saya tidak mengerjakan tugas yang ibu berikan melainkan saya ke kantin dengan
Shita.” Jelasku singkat.
“kalau
kamu disekolah saja. Maka siapa yang memakai kendaraan-mu dan mengambil kartu
pelajar kamu yang kemudian ditemukan oleh polantas tadi?” sahut bu Tika yang
juga ikut bingung dengan apa yang terjadi.
“saya
tidak tahu bu,sejak ibu keluar dari kelas---saya juga keluar kelas dan ke
kantin. Mengenai kendaraan dan kartu pelajar saya,saya tidak tahu-menahu bu.
Kartu pelajar,dan SIM saya memang berada di kunci kendaraan saya Bu. Gantungan
kunci yang saya pakai muat untuknya,jaga-jaga kalo razia bu,jadi kalo ditaruh
digantungan kuncinya,saya ngga akan lupa ataupun ketinggalan” jelasku panjaaang
lebaarr.
“berarti
ada yang memakai kendaraan kamu? Kamu menaruh kunci kamu dimana Jel?” tanya
lagi dari Pak Roni.
“di
dalam tas bu,namun yang tahu letaknya dimana cuman saya.” Balasku.
“coba
cek tas kamu Jel. Bawa kesini. Bu Rahmi,suruh semua murid berkumpul dilapangan
sekarang juga dan minta kepada guru pengajar untuk memberhentikan pembelajaran
sementara.” Perintah bu Tika.
Akupun
pergi ke kelasku sambil berlari untuk mengambil tas-ku. Ditengah lari-ku
dilorong sekolah,aku hampir jatuh karena menabrak kaka kelas-ku yang tidak
salah lagi adalah orang yang ku kagumi selama ini. Aku meminta maaf kepadanya
dan memberikan sedikit ulasan senyum padanya lalu kembali berlari menuju kelas.
Sesampainya dikelas,aku kebingungan mencari tasku yang ternyata tidak ada. Lalu
ku cari Shita,yang tentunya kenal dengan tasku yang usam itu. Ku cari Shita
kesana-kemari,namun nihil. Lalu ku dapati handphone Shita dalam tasnya,dan ku
coba menelpon ke handphone-ku yang tentunya masih dalam tas itu. Ku cari sumber
bunyinya,namun tak ada. Tak lama kemudian aku ingat tempat Shita saat
sendirian,yaitu ruang gudang sekolah. segera aku berlari sekencang-kencangnya
menuju gudang sekolah,dan ku harapkan Shita teman baikku ada disana.
“brak”
ku buka pintu gudang itu.
“Shita,shita..adakah
kamu disini? Aku membutuhkanmu Shita. Sekarang” teriakku penuh.
“ ada
apa nona Anjeliya-ku sayang?” jawab Shita perlahan menghampiriku.
“ kamu
lihat tasku ngga? aku lagi dalam masalah nih.” Jawabku ngos-ngosan.
“ tasmu?
Mana ku tau Jel. Dari tadi aku disini tidur. Kamu kan tau aku ngga suka
pelajaran olah raga,jadi aku sembunyi disini aja tiduran.” Jelas Shita padaku.
“ oh
yaudah. Lanjutin aja tidurmu” balasku
singkat.
Segera
aku berlari lagi menuju kantor guru. Sesampainya disana ku jelaskan bahwa tasku
hilang. Guru-gurupun kebingungan. Para murid yang sudah dikumpulkan dilapangan
mulai di absen,memastikan siapa yang tidak ada atau tidak ikut berkumpul di
lapangan. Dari absen para guru diketahui tidak ada murid yang keluar sekolah.
kalaupun tidak hadir diantara mereka ada yang sedang mengikuti lomba dan sedang
sakit ada juga yang izin. Menghilangnya tasku dan ditemukannya kendaraanku beserta
kartu pelajarku dijurang tanpa diriku,menjadi misteri dan buah bibir para guru
selama hampir dua minggu. Para guru menyelidiki kasus ini,namun karena sebentar
lagi ulangan umum kenaikan kelas diadakan dan itu menjadi fokus utama satu
sekolahan maka kasusku ini ditutup saja.
Lama
berselang. Ulangan umum sudah selesai. Aku berharap masih satu kelas dengan
Shita nanti dikelas dua belas. Setelah ulangan umum hari-hari kami disibukkan
mengurus anak baru disekolah. Meskipun aku bukan OSIS ataupun ikut organisasi
tertentu disekolah aku tetap ambil bagian setiap tahun ajaran baru ataupun
kegiatan sosial lainnya,termasuk MOS tahun ini. Mungkin ini adalah tahun
terakhirku ikut ambil jatah dalam pelaksanaannya. Karena tak terasa tahun depan
aku sudah memulai hidup baru dengan tujuan baru : kuliah!
Satu
tahun berlalu. Aku sudah menyelesaikan tugasku di SMA. Ini adalah awal baru
lagi bagiku. Dimana aku akan belajar bersosialisasi lagi dengan lingkungan
baru---berbaur dengan kehidupan baru,dan beranjak lebih baik lagi. Selepas SMA
aku kuliah dan memutuskan cita-cita ku menjadi seorang guru. Namun,tak bisa
dihindari jika dalam hatiku ada impian untuk menjadi seorang
penulis,psikolog,dan jurnalis. Itulah yang selama masa SMA sering ku
lamunkan..hehehe. aku tidak nge-kost,tapi tinggal di sebuah rumah yang ku sewa
pertahun. Mengenai bisnis saat ini,aku masih merintisnya---melalui kerajinan
kain flanel yang ku buat sendiri. Dari uang hasil jualanku itulah aku mencicil
uang sewa rumah yang ku diami sendirian ini. Rumah ini cukup untukku
sendiri,rapi,bersih,warna temboknya orange dan langit-langitnya berwarna
biru---ya rumah ini benar-benar rumah impianku. Setelah kuliah aku dan
sahabatku Shita sudah tidak bersama lagi. Ia disibukkan mengurus hotel milik
keluarganya,dan sementara memilih tidak melanjutkan kuliah. Shita ingin kuliah,namun
hotel yang dikelola keluarganya sedang memerlukan dirinya---yang membuat Shita
tidak mengambil kuliah teknologi,informasi dan komunikasi sebagaimana yang ia
impikan selama ini. Semasa dulu,Shita selalu berharap bahwa ia akan jadi dosen
yang mengajar tentang teknologi,informasi dan komunikasi yang akrab disapa IT
diperkuliahan.
Back to
mylife now.
Selama
kuliah aku sangat bebas tanpa orang tua ataupun keluarga. Karena aku kuliah
bukan ditempat aku tinggal. Aku memilih menyeberang provinsi demi cita-citaku
menjadi seorang guru. Selama kuliah aku aktif dalam kegiatan seni dan basket
tentunya---aku menjadi ketua mading di kampusku,dan menjadi salah satu anggota
tim basket putri tentunya---serta aktif di kegiatan sosial. Hingga saat ini aku
sangat sibuk dengan berbagai kegiatan kampus---bulan Juni tahun ini kampusku
mengadakan acara bakti sosial dan car free day. Di acara ini aku menjadi salah
satu panitianya,karena aku adalah ketua mading. Tim mading yang di pimpin
olehku akan mengadakan lomba recycle atau daur ulang barang bekas---yang mana
pesertanya harus kreatif untuk bisa memenangkan lomba yang ku buat ini. Selain
sibuk untuk acara kampus,aku sibuk mengurus seorang teman yang bisa dibilang
sakit jiwa (bukan gila). Sebut saja namanya Rindu,namanya sangat indah---namun
ia memiliki keterbelakangan mental. Secara fisik dia normal layaknya aku,namun
secara kejiwaan dia memiliki keterbatasan. Ia satu komplek denganku,seumur
denganku,dan aku menjadikan dia sebagai teman baikku---meskipun ia memiliki
keterbatasan. Ia mengalami stress berat sejak kedua orang tuanya cerai,adiknya
meninggal karena sakit---sedangkan kakak kandungnya hidupnya pun hancur seperti
dia---bahkan lebih parah,menjadi seorang penikmat barang haram : narkotika.
Beruntung Rindu tidak terjerumus dalam pergaulan kakaknya itu. beberapa bulan
yang lalu ku temukan Rindu sedang meneguk hampir segenggam obat penenang---aku
panik,dan langsung memberikan pertolongan untuknya. Dia selamat---tak jarang
usahanya untuk bunuh diri kutemukan,dan beruntung---aku selalu berhasil
menyelamatkannya dari maut. Rindu memiliki kekasih yang sangat setia
terhadapnya,namanya Leon. Leon menjadi kekasih Rindu sedari SMA sebelum
keluarga Rindu hancur---hingga sekarang Rindu mengalami sakit jiwa. Leon yang
kuliah dikedokteran,berharap Rindu bisa lekas sembuh dari keterpurukannya. Aku
dan Leon adalah keluarga satu-satunya yang dimiliki Rindu. Akhir-akhir ini Rindu
mulai bisa ku tinggal,namun tetap saja tak lepas dari pengawasanku---meskipun
hanya lewat sms atau telepon. Dalam satu jam aku harus menelpon-nya dua
kali,memastikan bahwa keadaan dia tidak sedang berusaha bunuh diri lagi. Leon
yang sibuk dengan kuliahnya,hanya bisa mengunjungi Rindu apabila ada libur atau
akhir pekan saja---itupun tak pasti. Rindu dan Leon adalah contoh sepasang
insan yang setia. Aku bangga dengan Leon yang mampu menerima keadaan Rindu.
3 bulan
kemudian.
Acara
kampus sudah selesai. Midtest sudah ku jalani,dan sekarang aku hanya disibukkan
mengurus Rindu---menemani dia dirumahnya yang hanya berjarak 2 rumah setelah
rumahku. Keadaan Rindu kian hari semakin membaik,dimulai dari fisiknya yang
kini mulai berisi---kemudian ia mulai berani keluar rumah,meskipun hanya
diteras depan---ia mulai belajar lagi dari awal seperti manusia yang baru
dilahirkan. Leon hampir menyelesaikan kuliahnya,dan akan segera libur panjang
karena dinasnya dirumah sakit sudah selesai---tugas dan urusan kuliahnya untuk
semester ini pun sudah dituntaskannya agar ia bisa menemani dan melihat
perkembangan Rindu yang semakin membaik.
Leon pun
datang kerumah Rindu untuk menjaga Rindu setiap hari---menggantikan aku. Kini
tugasku agak ringan karena ada Leon yang siaga 24 jam disisi Rindu.
Sebelumnya,mengapa aku mengenal seorang Rindu?? Begini ceritanya----
Pada
saat menunggu kelulusan SMA aku mulai mencari rumah untuk ku sewa sendiri di
daerah Malang. Dan ku temukan sebuah iklan yang dipasang oleh seseorang di
komplek yang juga ditinggali Rindu. Aku pergi mengecheck rumah itu yang dekat
dengan rumah Rindu. Saat itu situasi keluarga Rindu masih utuh dan biasa-biasa
saja. Aku berkenalan dengan dia karena dia seumuran denganku. Dia menjadi teman
pertamaku di Malang khususnya di komplek tempat sekarang aku tinggal. Dua
minggu aku mulai mencoba menempati rumah itu---awalnya tenang,sampai dimana
orang tua Rindu berpisah---dan Rindu kabur kerumah ku karena tidak tahan
melihat pertengkaran orang tuanya dirumah.
Saat itu
jam menunjukkan tepat pukul 11 malam. Aku masih bangun saat itu karena selama
aku dalam masa percobaan tinggal dirumah itu--yang ku kerjakan adalah membuat
kerajinan dan online untuk mencari
berbagai informasi tentang kelanjutan dari pendidikanku. Lalu tiba-tiba
terdengar suara yang menyebut namaku disertai jeritan tangis yang menyayat
hati,
“
anjel…anjel…buka njel….anjeliya… ini aku Rindu..buka-kan aku pintu jel..” raung
Rindu sembari menangis.
Aku
terkejut dan berlari menuruni tangga menuju pintu utama,segera membuka-kan
pintu. Setelah ku buka Rindu langsung memelukku---air matanya membanjiri
bajuku,tak urung peluhnya ikut menetes deras. Ku tenangkan dia,ku ajak dia
bicara namun ia hanya diam dan terus menangis---lalu ku biarkan dia sendiri di
kamarku sejenak. Sementara aku asik melanjutkan kegiatanku di ruang tengah. Tak
terasa larut malam sudah,akupun berhenti dari kesibukkan-ku,dan masuk ke
kamarku---ku dapati Rindu sudah tidur pulas meringkuk ketakutan. Dalam hatiku
bicara : Tuhan,semoga Rindu selalu Kau jaga,kuatkan Rindu yang lemah ini Tuhan!
“allahuakbar…allahuakbar…”
gema adzan subuh ku dengar. Aku yang baru tidur selama 3 jam bergegas bangun
dan mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat subuh. Setelah berwudhu aku
terkejut melihat Rindu sedang didepan laptopku---ia menatap wallpaper laptopku
itu,ia tertegun---dan akhirnya menitikkan air mata. Ku biarkan hal itu
sementara aku melaksanakan sholat. Setelah sholat,ku hampiri Rindu---ku peluk
tubuhnya yang lebih kecil dan mungil dibanding aku dengan lembut---ku ajak ia
bercengkrama,
“Rindu
sayang…bisakah kau berbagi cerita denganku atas kejadian semalam? Dan mengapa
kau begitu takjub melihat wallpaper laptopku? Bukankah itu hanya fotoku dan
keluargaku saja?” tanyaku menghujam untuknya.
“hmm…anjel..
mami sama papi cerai,kakakku pergi dari rumah,adikku di titipkan dirumah eyang
di sumatera--- aku takjub Anjeliya melihat kebersamaan kalian yang begitu
sempurna bagiku---dan tak pernah ku dapati itu Jel” jelasnya tenang.
“Rindu…aku
tak mau kau terus bersedih hanya karena keluargamu tidak harmonis---memang
menyedihkan,tapi cobalah untuk kau biarkan mereka,dan jika kau bisa
memperbaikinya,mengapa tak kau coba?” secara halusku bicara.
“aku
ingin,namun tak bisa Anjeliya. Mami dan papi tetap memilih cerai meskipun
anak-anaknya mati. Mereka tidak akan peduli---mereka egois jel” nada bicara
Rindu mulai emosi.
“ya
sudah…kalau tidak ada yang bisa kau perbuat.. tenangkanlah dirimu sejenak dari
masalah ini. Aku akan menjagamu Rindu,karena kita teman---kita saudara” jawabku
mencoba meyakinkannya untuk tetap dirumahku.
“terimakasih
Anjeliya,kau memang teman baikku---bolehkah aku tinggal disini selama mami dan
papi mengurus perceraian mereka? Aku tidak mau mendengar pertengkaran mereka
saat dirumah Jel” pintanya lembut.
Dan
segera ku jawab, “tentu saja kau boleh disini,seberapa lama engkau disini
bersamaku takkan jadi masalah. Hanya saja minggu depan aku akan kembali ke
Tanggerang menemui keluargaku dan mengurus kelulusanku dan setelah itu aku akan
tinggal disini selama kuliah. Apakah kau akan ikut denganku atau tetap disini
menempati rumahku selama ku tinggal pergi?” jelasku.
“hmmm….aku
mau ikut kamu,tapi aku ngga punya cukup uang---lagi pula sepertinya lebih baik
aku menjaga rumah ini selama kamu tinggalkan---sembari aku menenangkan diri”
balas Rindu.
“
oh,kalau begitu mau-mu tentu akan ku turuti” singkat balasku.
Akhirnya
aku harus kembali ke Tanggerang menemui dan mengurus segala sesuatu untuk aku
kuliah di Malang. Baru 3 hari aku di Tanggerang tiba-tiba ada nomer tidak
dikenal menelponku,suaranya terengah-engah seperti orang yang sedang lari
maraton,dia bicara…
“Anjeliya?
Ini Leon kekasih Rindu--- Rindu dimana? Aku mencarinya dirumah tidak ada.
Apakah dia dirumahmu?” ternyata yang menelpon itu adalah Leon.
“iya ini
aku--- Rindu ada dirumahku. Check dia Leon,3 jam yang lalu aku ngsms dia sampai
sekarang belum dibalas---ku coba menelpon tapi tidak di angkat” jawabku.
“ akan
ku check--- nanti ku telepon lagi kamu. Terimakasih jel” sahut Leon dan
teleponpun terputus.
Setelah
mendapat telepon dari Leon yang ngos-ngosan tadi,aku jadi khawatir dengan
Rindu. Sampai malam tiba Leon belum memberiku kabar---entah via telepon atau
sms. Aku kalang kabut menelpon Rindu,namun tak ada jawab. Lalu aku menelpon
Leon berkali-kali,dan pada telepon yang ke 10 akhirnya Leon menjawabnya.
“maaf
anjeliya. Aku baru bisa menjawab teleponmu. Rindu sedang dirumah sakit jiwa---
aku,aaaku membawanya kerumah sakit jiwa--- dia sakit Jel. Apakah tindakanku
salah?” kalimat yang terucap dari Leon membuatku bingung.
“Rindu
sakit apa sampai dia harus dibawa kerumah sakit jiwa? Strees yang dia alami
semakin parah? Jawabku cemas.
“Rindu melakukan
hal itu lagi Jel---dia mencoba untuk menghentikan hidupnya dengan cara
menggurung diri dan ingin melompat dari loteng rumah kamu” sahut Leon gemetar.
Nampak
kecemasan yang begitu dalam dari lirih suaranya. Setelah mendengarkan
penjelasan Leon akupun segera pulang ke Malang esok paginya.
Sesampainya
di Malang aku dikejutkan dengan kedatangan Leon dan Rindu yang menghadangku di
bandara. Aku hanya tergetun melihat semua itu. Namun,tak banyak yang ku
tanyakan---menurutku jika dalam semalam saja Rindu sembuh itu sungguh
keajaiban---aku tak mau mempermasalahkannya. Dan sejak kejadian itu aku tak
pernah meninggalkan Rindu sendirian dirumah. Namun seiring kesibukanku
dikampus,mau tak mau aku harus membiarkan Rindu sendirian dirumah. Namun sudah
menjadi kewajiban bagi Rindu jika ia akan membalas pesanku jika aku tak bisa
menelponnya,dan ia akan menjawab telponku jika aku ingin mengetahui kabarnya.
Hingga kini perkembangan Rindu sangat signifikan berkembang sangat
positif---entah apa yang bisa merubahnya begitu dalam waktu singkat.
3 bulan
kemudian.
Aku
mendapat surat dari seseorang yang sangat ku kenali tulisannya---ketika itu
Rindu sudah bisa di vonis sembuh dari streesnya. Ia pergi dan tinggal ditempat
neneknya (dari papi-nya) yang hanya
berjarak satu jam dari Malang. Isi suratnya begini :
Untukmu teman sejatiku… Anjeliya
tersayang..
Maafkan aku sudah memasuki hidupmu dan
membuat hidupmu kacau dengan masalah yang ku alami. Anjeliya…terimakasih sudah
mau membagi segalanya padaku…
Terimakasih atas ketulusanmu selama ini…
Kau bidadari di dunia yang tulus
hatinya…
Kau adalah teman yang tak akan ku lupa
hingga ajalku datang..
Namun aku sudah tak kuat bersandiwara..
Senyum yang mengembang adalah palsu..
Sikapku yang normal juga palsu..
Aku masih sakit…masih terluka dalam atas
masalah ini…
Tak
mampu ku pikul semua ini…
Aku putus asa..
Dengan sampainya surat ini kepadamu…
Ketahuilah,aku sudah di alam lain…
Di kedamaian…disisi Tuhan… tentram..
Permintaanku untukmu sebagai teman yang
paling ku sayangi…
“ jadilah kekasih untuk Leon,jadilah
pendamping hidupnya… belajarlah untuk menemaninya,mencintainya”
Hanya itu…Anjeliya…
Atas semua yang telah terjadi
ikhlaskanlah..
Jika kau tak mau menuruti pintaku.. aku
ikhlas saja Anjeliya..
Namun alangkah baiknya jika kau yang mendampingnya,bukan
yang lain..
Jika kau yang disisi Leon..aku akan
lebih tenang disini… aku tak akan murka..
Karena aku ikhlas..dan itulah pintaku…
Anjeliya teman terbaikku..
Maaf dan terimakasih selalu ku rapal
padamu…
Atas segalanya…semuanya…
Aku mencintaimu Anjeliya.. jaga Leon…
Jika kau tak mampu menjadikannya
pendampingmu..
Setidaknya tolong jadikan ia tempatmu
berbagi suka dan duka layaknya kita..
Sampai jumpa Anjeliya.. di kehidupan
kedua yang lebih damai..
Seperti yang ku jalani kini
Salam
hangat penuh cinta
Yang
terakhir dari temanmu
Rindu…
Hatiku
gemetar….surat yang ku genggam jatuh. Air mata menganak dipipiku. Tak bisa ku
terima---jika Rindu kini telah tiada. Setelah itu aku langsung menelpon
Leon---dan ternyata Leon juga mendapat surat yang sama dari Rindu dan sama baru
sampai tadi. Tanpa pikir panjang Leon mendatangi rumahku. Ku persilahkan ia
masuk. Ia duduk ditepi kolam renang bersamaku---tanpa sadar kami saling
menangisi---tangis yang hadir karena duka kepergian Rindu. Ia memelukku erat
layaknya ia memeluk Rindu dengan tulus dulu. Ia berbisik padaku,
“
bisakah kita menuruti pinta terakhir dari Rindu Jel?” tanya-nya.
“ aku
tak pernah tahu bagaimana nanti,alangkah baiknya jika kita biarkan saja waktu
berjalan---dan kehilangan ini beranjak” jawabku bijak.
“baiklah..tapi
bolehkah aku mencium keningmu sekali saja. Sebagai tanda aku akan menjalankan
pinta Rindu---aku akan menjagamu untuknya” pintanya lirih.
Aku
hanya mengangguk pertanda mengiyakan. Ia mencium keningku dan berbisik ditelingaku
“Anjeliya,kau adalah malaikat untuk Rindu,dan untukku dari Tuhan”. Aku hanya
membalas dengan senyuman atas apa yang diungkapkan Leon padaku. Aku mengetahui
betapa dalamnya cintanya pada Rindu. Betapa ia tak pernah mengira semua
berakhir tragis seperti ini.
Beberapa
bulan kemudian,Leon sudah resmi menjadi dokter. Ia telah menyelesaikan
studinya. Aku hadir dalam wisudanya---begitu pula keluarganya---yang ternyata
mengetahui secara utuh apa yang sudah terjadi diantara kami. Mama Leon
tiba-tiba nyeletuk diantara makan siang disebuah restoran sepulang dari wisuda
Leon,
“ udah
resmi jadi dokter. Kamu boleh nikah yon---dengan ehm Anjeliya” mama Leon
berujar sambil tersenyum tipis.
“
ah,mama ini---aku belum resmi kerja kan. Sama Anjeliya? Emang Anjel mau sama
aku ya ma? Doa’in supaya Anjel mau ya ma,hahahaha” balas Leon dan tertawa
seenaknya melirikku.
Aku
hanya bisa tersenyum mendengar kalimat-kalimat dari anak dan ibu itu. Dalam
hatiku bicara “ Rindu..aku akan segera jadi pendamping Leon,mungkin satu minggu
lagi”. Setelah acara makan siang yang penuh canda itu,malam harinya aku dinner
dengan Leon. Jujur,memang sejak mengenal Rindu akupun dengan jelas mengenal
siapa Leon---bagaimana dia,aku sudah tahu semua. Sehingga bukan hal yang baru
jika ia kerumahku untuk mengantar makanan,atau aku kerumahnya untuk ikut acara
keluarganya. Aku bukan lagi orang asing dikeluarga Leon,aku dan mamanya sering
masak bareng kalo weekend. Aku jadi pengobat pilu bagi mereka semua setelah
kepergian Rindu. Mobil Honda Jazz milik Leon pun datang siap menjemputku. Aku
segera masuk ke mobil karena saat itu sedang gerimis. Di dalam mobil kami
bingung mau dinner dimana,akhirnya kami putuskan buat pergi ke mall dan mencari
tempat makan disana. Kami sampai disebuah mall yang cukup ramai---kami
berkeliling mencari tempat makan. Akhirnya kami menemukannya---sangat
tepat---sangat romantis. Sebenarnya tidak ada ikatan diantara kami berdua
layaknya Leon dan Rindu dulu---namun kami terikat dalam satu pinta dari Rindu
yang mengharuskan kami untuk bersama. Selesai makan malam kami masih di sebuah
restoran kecil itu,dan dengan serius Leon memulai pembicaraan,
“Anjeliya…seperti
yang pernah ku katakan---kau adalah malaikat yang dikirimkan Tuhan—dulu untuk
Rindu---sekarang untuk aku. Maukah kau menjadi pendampingku seperti pinta
Rindu? Aku meminta ini bukan karena semata wasiat dari Rindu,tapi karena sejak
awal kita mulai akrab aku menyukaimu---layaknya aku dulu menyukai Rindu. Namun
kini,aku jatuh cinta denganmu---sejak aku kehilangan Rindu…kaulah semangat lain
yang hadir disela keterpurukkan hidupku. Anjeliya… will you marry me?” ungkap
Leon.
Aku kaku
dan membisu,sangat speechless dibuatnya. Bingung dan melting serta salting
tiba-tiba menghampiriku sejekap setelah Leon mengungkapkan semuanya. Aku
terpana akan kalimat yang keluar dari bibirnya,sembari bahagia menyelimuti
jikalau akupun sebenarnya sama seperti dia. Tanpa ragu dan setelah melalui
perjalanan berkeliling ingatan beberapa detik aku menjawab pernyataan Leon,
“ I do !
cause u is my destiny. God giving u to come into my life,to changed all---to
make me so happiness like now. Leon… our will make Rindu’s dream is real.”
Begitu kalimat balasanku yang ku sampaikan melalui sms. Padahal Leon ada
dihadapanku. Aku sangat tak mengira bahwa pada akhirnya aku dan Leon
benar-benar bisa mewujudkan harapan Rindu. Sms-ku sampai di handphone
Leon---segera dibukanya. Dan raut wajah bahagia nampak jelas dari senyum yang
ia simpulkan indah untukku. Aku tersenyum sambil membuka lagi pembicaraan,
“Leon…kau
adalah takdir yang diberikan Tuhan melalui Rindu---malaikat bagiku adalah
Rindu,tanpanya…kita tak akan bisa seperti ini. Bisakah kita pergi ke makamnya
besok atau lusa? Ya,se-segera mungkin kita kesana. Kita harus kunjungi dia,dan
beritahu dia bahwa kita mampu melaksanakan pintanya” jelasku sambil tersenyum.
“okedeh
mydarling..hehehe Rindu akan selalu tersimpan indah dalam hati kita,dia tetap
ada dan hidup dalam ingatan kita. Nanti kita akan kunjungi dia,mungkin besok
saja. Anjeliya,ini untukmu….bukalah” Ucap Leon sambil menyodorkan sebuah kotak
berwarna merah hati yang ku yakini itu adalah cincin untukku. Ku buka kotak
yang ia berikan. Seperti yang ku harapkan,dalamnya memang sebuah cincin
berwarna silver dan jika dilihat lebih jelas,di dalam cincin itu terukir sebuah
huruf “ R”. sejenak aku kaku kembali---apa maksud Leon memberikan cincin
berinisialkan huruf R---apakah sebenarnya itu untuk Rindu? Pikirku menerawang.
Tanpa perlu ku minta Leon mulai menjelaskan,
“ cincin
ini adalah cincin yang penuh kenangan untukku saat dengan Rindu. Aku tak
bermaksud apa-apa memberikan ini padamu. Ketahuilah jika wasiatnya kepadaku
selain menjagamu adalah memberikan cincin yang sempat ku pasangkan di jari
manis kanannya saat ia memutuskan untuk tinggal di tempat neneknya sampai
akhirnya ia memilih hidup di alam lain dengan damai. Ia berpesan dalam suratnya
“ Leon,berikan cincin ini pada Anjel pada saat kau memutuskan untuk hidup
secara utuh dengannya---jadikan ia istrimu dengan cincin ini. Meskipun berukir
inisial namaku,aku ingin cincin ini jadi saksi bisu cerita kita,aku,kamu dan
dia! Berbahagialah…karena aku akan bahagia jika kalian bahagia” aku mulai
meneteskan air mata membaca surat Rindu yang ditujukan untuk Leon yang
mewasiatkan cincin ini untukku. Aku sungguh terharu. Keesokan harinya aku dan
seluruh keluarga Leon pergi kemakam Rindu. Setelah dari makam kami pergi ke
Tanggerang. Ibuku yang sudah mengetahui semuanya tentu sudah siap dengan
kedatangan kami.
Sesampainya
di rumahku,dimulailah acara lamaran kami. Tentu keluargaku menerima lamaran
dari keluarga Leon yang tak lain adalah orang yang ku temukan melalui malaikat
kecilku Rindu.
Setahun
kemudian.
Akhirnya
tepat ditanggal hari kelahiran Rindu kami resmi menikah dan saling mendampingi.
Rindu takkan pernah mati bagi kami. Sungguh,tak pernah ada yang menyangka bahwa
aku menemukan lelaki impianku melalui liku yang panjang dan berakhir bahagia.
Aku dan Leon akan terus menjadikan Rindu sebagai malaikat kecil yang kini damai
disurga. Kami berharap bahwa ia akan tersenyum melihat kami saat ini.
Bahagia---bersama--- mampu mewujudkan apa yang ia inginkan. Dalam hati kami
berucap “ Rindu,terimakasih atas kisah ini. Tanpa hadirnya kamu,tak akan ada
bahagia ini--- Rindu,tenanglah engkau di kedamaian,seperti yang kau impikan
selama kau ada di dunia nyata. Rindu,kau akan terus hidup diantara
kami---disela kebahagiaan kami”
TAMAT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar