Kota impian.
Semua
orang bisa bermimpi. Sangat tinggi. Tapi,tak semua orang mampu menjangkau
mimpinya sendiri. Ingatlah,jika kau berani bermimpi maka kau harus berani pula
mewujudkannya. Tak peduli seberapa lama waktu yang tersisa. Berusahalah
mengapai mimpimu. Agar kau dapat rasakan “ saat mimpimu ada didepan matamu dan
itu kenyataan”.
Aku Nada. Pelajar
kelas sepuluh putih abu-abu di kabupaten yang masih sangat damai belum
tersentuh keramaian sepenuhnya. Aku seorang pemimpi yang sering berkhayal
bagaimana masa depanku kelak. Aku anak pertama yang menjadi harapan keluarga
untuk bisa sukses. Aku adalah seorang yang cinta terhadap seni dan dunia
sosial. Dan inilah kisahku,membangun kota impianku bersama orang yang selalu ku
khayalkan, Danu.
Saat itu aku adalah
orang yang menyayangi Danu. Aku sangat dekat dengan Danu.Tapi aku terlambat.
Karena Danu menyukai gadis lain,dan bukan aku. Aku terus disisinya meskipun aku
tak bisa memilikinya. Memanggilnya Abang terasa ganjil karena bukan itu yang ku
harapkan. Danu menjalin hubungan dengan gadis yang ia suka dan cintai. Akupun
hanya bisa memendam rasaku sendiri. Aku harus diam-diam memperhatikannya.
Kadang aku cemburu melihatnya bersama kekasihnya. Namun aku tahu,apa dayaku?
Dan apa hak-ku?
Danu adalah kakak
kelasku sejak aku SD sampai sekarang. Kurang lebih sudah 10 tahun aku
mengenalnya. Mengetahui dirinya. Memang aku hanya mengenal sosoknya dari luar
bukan dari dalam. Entah mengapa sekarang aku menyukainya. Ingin memilikinya.
Tapi tak bisa. Danu datang saat aku sedang terpuruk. Ia memberikan semangat
padaku. Dan disitulah aku mulai merasakan bahwa aku menyayanginya. Tak ingin
kehilangan dia. Orang tuaku pun juga tahu tentang Danu. Mengenal keluarga Danu
meskipun hanya sekilas. Kadang mereka bercerita tentang Danu padaku,menanyakan
Danu dan lain-lain. Aku selalu tersenyum saat Ibuku berucap “ Nanti,rumah kita yang baru kurang kebih
seperti rumah Danu “
Beberapa bulan
setelah Danu memilih gadis itu aku tetap saja mendekati dan berasa disisi Danu.
Tetap berusaha untuk memilikinya. Karena dulu aku tak sempat memilikinya. Danu
adalah pemain cinta yang kekasihnya bukan hanya satu. Gadis yang dekat
dengannya pun banyak. Tak hanya kekasihnya ataupun aku. Lama berselang,akhirnya
aku bisa memiliki Danu meskipun harus diam-diam dengan menjadi selingkuhannya.
Sebelum memiliki Danu,ia sudah ku perintahkan untuk memutuskan semua pacarnya
kecuali gadis yang ia sukai itu. Aku tak bisa memaksanya untuk memutuskan
ikatan dengan gadis itu. Karena aku tahu,ia menyukai gadis itu terlebih dahulu
sebelum ia bisa menyukai aku. Aku ingat ketika belum memilikinya kami pernah
saling berbicara tentang masa depan. Ingin jadi apa dan akan kuliah dimana.
Saat itu sore hari disekolah sebelum ekstrakulikuler dimulai.
“ Hmm...bingung pengen kuliah dimana nih. Tinggal
satu tahun lagi udah lulus “ ujar Danu.
“ Ya kamu sukanya apa? Kamu pernah bilangkan mau
jadi psikolog? “ sahutku.
“ iya sih... tapi aku pengen kuliah di Malang. “
“ ya kalo kamu mampu dan bisa yaudah ke Malang
aja. Aku juga pengen kuliah di Malang”
“ dimananya..? “
“ di kampus putih. Universitas muhammadiyah”
“oh...disitu”
“ iya,tapi kalo di izinin juga sih. Tapi kayaknya
di sini-sini aja deh aku kuliahnya”
“ aku juga pengen kuliah disini juga,tapi ngga
tau jadi apa ngga”
“ aku ke Malang kalo aku bisa dapat beasiswa.
Biar ngeringanin biaya kalo disana. Hehehe... “
“ hmmm...moga kesampaian aja deh kamunya”
“ amin. Ntar kita ketemu disana ya. “
Percakapan itu
selalu terbayang-bayang dalam ingatanku. Akan kami benar-benar bisa bertemu di
kota itu?
Sekarang aku
kehilangannya lagi. Dia pergi dari aku dan tetap berada disisi kekasihnya itu.
Aku tak menyesali semuanya. Tapi aku masih terus bertanya-tanya. Apakah mungkin
kami bisa bersama disana? Di kota Malang nan dingin itu?
Setelah putus aku dan
Danu masih dekat. Tapi sekarang perasaanku sudah mulai pudar. Rasanya aku hanya
menyayanginya. Tak lagi cinta dengannya seperti dulu. Tapi kadang aku masih
saja berharap ia akan kembali padaku kali meskipun aku tak tahu kapan waktu itu
datang. Apa yang membuatku sebegitu berharap?
Saat itu aku sedang
marah dan kesal terhadap mantan kekasihku. Dan tiba-tiba saja sebuah message
dari account whatsapp-ku datang.
“ Message from Danu : hey,kenapa marah-marah di
twitter sama catfiz? Ada masalah?”
Entahlah angin apa
yang tiba-tiba membawa pesan Danu sampai kepadaku. Akupun bercerita banyak
padanya tentang sebab dari kemarahanku. Lalu ia pun mendengarkannya dengan
baik. Memang tidak ada komentar apa-apa. Tapi setidaknya ia sudah menjadi
pendengar yang baik untukku. Yang ku pikirkan “ apakah ia masih peduli
denganku? Apakah ia masih sayang? Dan atas alasan apa ia menyapaku lebih dulu?
Kebetulan atau takdir? “
Lalu
apa lagi ini? Saat aku sedih terpuruk karena seseorang dan aku terus mengingat
dan memanggil namanya. Ia kembali hadir tanpa ku minta. Dia menyapaku terlebih
dahulu. Ia ada untukku disaat yang tepat tanpa perlu ku beritahu. “ apa ini
hanya kebetulan lagi? Ataukah ia merasakan bahwa aku sedang memanggil namanya?
“
Ini
adalah tahun terakhir ia menjadi kakak kelasku. Nanti tak terasa akan tiba
waktunya ia akan pergi untuk masa depannya. Dan akupun semakin sering
bertanya-tanya “ akankah kami bertemu lagi di masa depan? “
Tak
terasa waktu itu tiba. Ia lulus dan melepas putih abu-abunya,sedangkan aku
masih disini menjalani tahun terakhirku. Ia benar-benar pergi ke kota impianku
: Malang! Aku semakin semangat untuk bisa dapat beasiswa dan izin dari
keluargaku agar aku bisa kuliah di Malang. Sekarang ia kuliah di Malang
mengambil jurusan yang sebelumnya pernah ia bicarakan denganku yaitu psikolog.
Aku hanya berharap jika ia menungguku disana.
Satu
tahun sudah ia di Malang dan akupun mengikuti jejaknya kuliah di Malang. Aku
masuk di salah satu Akademi Keperawatan di Malang. Saat aku ingin pergi ke
Malang,aku memberitahunya terlebih dahulu via sms.
“ to : Danu ---- :
Mas Danu,aku otw Malang. Ini masih di Bandara Juanda. Jemput aku bisa?”
Hampir
setengah jam aku habiskan menunggu balasan dari pesan singkatku itu. Danu pun
membalasnya.
“ iya,aku jemput
kamu sekarang. Ketemu di Cafe Coffe ya. Tunggu aku my sweetly.”
Seketika
aku tersentak membaca sms dari Danu. Ada yang berbeda dari caranya memanggilku
: sweetly? Aku baru ingat bahwa waktu pertama kali dekat dengan Danu ia sempat
memanggilku “my sweetly”. Rasanya mata ini ingin terus menatap setiap kata yang
ada di layar handphone android-ku,yaitu pesan singkat dari Danu. Hatiku senang
dan bibir ini tak bosan menggembang senyum. Lalu hatiku mulai bertanya “ apa
sebabnya ia memanggilku begitu?” sejenak aku melamun dan senyumku pun mulai
pudar. Saat aku melamun tiba-tiba aku tersentak oleh kalimat itu lagi : my
sweetly!
“ hallo my sweetly.
Akhirnya kamu kuliah di Malang juga. Jadikan bisa terus sama aku.”
Sapa riang Danu
padaku saat aku terbawa lamunanku.
“ iya
Mas,alhamdulillah banget bisa kesini. Mas aku mau tanya boleh? “
Balasku menyuguhkan
sebuah tanya
“ silahkan sweetly.
Emang ada apa?”
“ hmm,gini mas.
Tumben Mas panggil aku sama nama panggilan sweetly? Itu panggilan waktu dulu
kita masih dekat kan?”
“hhee,iya! Kenapa
ngga boleh aku manggil kamu gitu yank?
Hah! Kalimat ini
sangat menggantung. “yank” apa itu? Sayang? Eyang?atau apa.
“ nah sekarang Mas
manggil aku “yank”! ada apaan sih Mas?”
Setelah
pertanyaanku itu Danu hanya diam dan menatapku dengan mata yang berbinar binar
dan menggembangkan bibirnya. Pemandangan yang bagiku dulu sungguh sulit ku
lihat. Karena dulu aku hanya bisa melihatnya secara diam-diam dan sebab ia
tersenyum bukanlah aku. Dan saat ini ia ada didepan mataku. Tersenyum manis dan
menatapku dengan dalam. Tak lama setelah aku bertanya ia menjawab tanyaku.
“ masihkah kau
mencintaiku? Aku sudah tak lagi bersama kekasihku. Sejak aku kuliah disini,aku
putuskan jalinan kami. Dan itu demi kamu. Saat aku mengetahui kamu bisa kuliah
disini karena mendapatkan beasiswa seperti yang pernah kau curahkan kepadaku,aku
sangat bangga. Atas usaha dan semangatmu itu. Dan sejak aku di Malang gadis
yang menanyakan kabarku disini hanyalah kamu! Kini aku sadar,mataku sudah
terbuka melihatmu. Seseorang yang tulus mendampingimu meskipun tak dapat
memilikiku. Aku sudah menunggu moment ini selama satu tahun. Nada,aku mau kau
bisa memilikiku. Karena aku ingin memilikimu. Aku luluh atas ketulusanmu yang
tetap disisiku sekalipun aku salah. Sekalipun aku bukan orang yang benar dan
baik. Kau mengetahui semua tentangku,dan
kau telah menerimanya.”
Jawaban dari Danu
benar-benar membuatku tak berkedip. Rasanya telingaku ini minta ulangi kalimat
Danu saat berujar ingin memiliki aku. Betapa bahagianya aku saat ia menjelaskan
semuanya. Dan ku jawab lagi pertanyaan Danu.
“ Jika benar kau
mencintaiku apa yang bisa kau tunjukkan padaku? Aku pasti menerimamu karena
selama ini hanya kamu yang aku tunggu dan aku cintai. Tapi bagaimana mungkin
aku bisa percaya dengan mudahnya kau bisa mencintai aku? Sedangkan dulu kau
lebih memilih orang yang kau sukai dibandingkan aku orang yang tulus
mencintaimu?”
Danu terlihat
berpikir menyusun kata demi kata untuk ia hamburkan keluar mulutnya untuk
membalas pertanyaanku itu.
“ itu dulu. Aku tak
bisa membuktikan apapun padamu. Karena rasa ini dari hatiku. Tak mungkin kau
raba ataupun jamah. Yang jelas,sekarang hanya kamulah gadis impianku di kota
impian kita dulu pernah berjanji : Malang”
Aku tersentak
mendengar jawaban darinya. Rasa haru menyelimuti hatiku. Rasanya langsung ingin
mendekapnya.
“ Mas Danu... aku
sayang dan cinta kamu. Aku akan mendampingi kamu seutuhnya”
Balasku dengan mata
yang mulai berkaca-kaca.
Setelah
itu resmi sudahlah aku menjadi kekasihnya. Rasanya seperti mimpi. Memiliki apa
yang dulu tak bisa ku miliki di kota yang pernah jadi khayalan dan impian aku
dan Danu saja. Kota Malang seolah-olah menjadi perantara cinta kami.
“ aku menemukan
impianku,di kota impian itu sendiri”
To be
continued-------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar