Rabu, 28 Agustus 2013

Hai Kamu!


Selamat malam. Kali ini tulisanku menemukan ‘kamu’ yang baru. Mungkin aku pernah menuliskan ‘kamu’ di beberapa postingan sebelumnya,tapi kali ini aku akan benar-benar membahas tentang kamu. Entahlah,aku selalu ingin dekat denganmu. Seakan ada medan magnet jika dekat denganmu. Aku tahu kita takkan lebih,akupun tak pernah membayangkannya. Aku hanya ingin selalu bisa didekatmu. Menjadi pendengar setiap ceritamu. Menjadi solusi saat kau terpuruk. Dan menjadi seseorang yang selalu kau ingat entah aku terselip diruang yang mana.

Semuanya memang mengalir seperti air. Begitu pula hatiku. Rasanya aku selalu jatuh cinta padamu setiap harinya. Apapun alasannya. Aku selalu menunggu kau hadir. Lalu menunggumu pula sampai kau pulang. Ah....aku sangat betah dengan keadaan seperti ini. Tak pernah merasa kehilanganmu karena kau selalu disisiku.

Aku benci melihatmu cemberut. Aku benci saat kau marah. Aku juga benci saat kau bersedih. Dan aku paling benci melihatmu sakit. Setiap kau sakit rasanya aku ingin kau membagi rasa sakitmu itu padaku. Agar aku bisa menikmati separuh dari deritamu dan meringankan sakitmu.

Aku suka tatapanmu. Aku suka wajahmu saat tersenyum. Aku suka melihat tawamu. Aku suka mendengar suaramu. Aku suka menatapmu dari kejauhan. Aku suka mendengarkan alunan suara gitar yang kau petik. Aku suka semua yang ada pada dirimu.

Kamu memang selalu menghiasi hariku. Ada atau tanpa hadirmu, aku selalu merasa dekat denganmu. Dengan cara memikirkanmu ataupun mengingat-ingat hari-hari yang ku lalui denganmu. Aku bisa melihat wajahmu tanpa menatap fotomu, aku hanya perlu memejamkan mataku. entah disudut mana kau berada. Entah seberapa banyak memori yang ku rekam tentang kamu. entah engkau dengan siapa, nyatanya aku tak pernah terlukai akan hal itu. Yang aku tahu hanyalah ; aku bahagia setiap kali aku ingat aku mencintaimu J

Untuk seseorang yang selalu ku tatap dari kejauhan
Yang selalu membuatku bahagia
Yang selalu membuatku tertawa

Je t’aime monsieur 'my moodboster'

Senin, 19 Agustus 2013

Secangkir Rindu

"tanggal berapa,hari apa,bulan apa,dan tahun apa...itu tidak penting. aku hanya tahu,saat aku menulis ini,hatiku sedang berduka dan tak tahu arah..."

Pagi ini secangkir rindu ku tuang ke kerongkongan. entah kenapa sampai ke hati. Aku merindukanmu! Hari ini, ya..hari ini kenapa kita harus bertemu lagi ?  Kau membuatku teringat akan semua yang pernah ada disini. Lucu rasanya cerita antara aku dan kamu ini seperti di sinetron-sinetron televisi saja. Kau sudah tahu seberapa lama aku menyayangimu. Kau sudah mengenalku dari yang terbaik hingga terburuk. Mengapa setiap bertemu kita masih saja membeku seperti ini ? Aarrrgghhh, aku bosan.

Rasa ini sudah terlalu muak mendapatkan ke-acuhanmu. Hatiku sudah terbiasa tak pernah mendapat balas darimu. Tapi ku mohon, jangan seperti dulu lagi...membeku,dingin,diam,bisu...aarggghhh tembok itu lagi. Aku tak pernah ingin kita begini. Apakah kau tak bisa tidak membeda-bedakan aku dengan yang lainnya ? Bisakah kau tetap tersenyum kepadaku meskipun didepan banyak orang ? Kau tak bisa ? Ku mohon,cobalah!

Aku berjalan, kau menatapku dari belakang. Aku berbalik, kau sudah membelakangiku. Ya!!! Terlalu klise kisah ini. Aku memang tak bisa melupakan semuanya. Aku.....mencintaimu...selalu.
Hati ini selalu terpuruk setiap melihatmu. Setiap kau didepan mataku jantung ini berdetak lebih cepat, namun saat kau sudah berlalu tak ada lagi detak yang sama. Aku tak mengerti!

Entah sampai kapan semuanya begini, tapi rasanya hatiku hanya memilihmu...


untuk seseorang yang dari dulu selalu ada dalam hatiku
yang selalu ku cintai selama ini
yang selalu acuh akan hatiku
aku merindukanmu, ini tentang kamu...entah yang ke berapa.

te me manques...je t'aime .

Sabtu, 17 Agustus 2013

Avelin-Akhir Cerita


“ kau mencintaiku sejak dulu ? aku lupa “
                Hari ini aku harus menemui Adrian, sosok lelaki yang ku bayangkan sangat  mirip dengan Dera. Aku membuat janji dengannya di sebuah cafe dekat kompleks rumah Dera. Aku sudah duduk di cafe ini selama 30 menit tapi Adrian belum juga datang. Tiba-tiba saat aku mulai bosan menunggu seorang lelaki menghampiri mejaku dengan nafas yang memburu.
“ Avelin ? maaf aku terlambat “
“ silahkan duduk “
“ udah lama nunggu ? “
“ kamu pikir? “
“ hhee. Maaf ya.. jadi kita ketemu mau ngebahas Dera ? “
“ iya.. tolong ceritakan apa yang tidak Dera ceritakan ke aku “
“ baiklah, aku hanya mengulang cerita ini satu kali. Karena setiap aku bercerita lidahku kelu. Aku tak mampu menceritakannya dua kali “
“ deal! “
                Adrian bercerita banyak tentang Dera. Dan ada satu hal yang membuatku terpaku saat mendengar cerita Adrian.
“ Dera sudah mencintaimu sejak lama sampai-sampai kau lupa “
“ sudah lama? Kami baru saja berkenalana “
“ kamu tak pernah ingat Avelin.. Dera mengenalmu sejak kecil. Kita bertiga tumbuh dipanti asuhan yang sama. Pada saat itu hanya Dana yang tinggal dirumah keluarga Felix sedangkan Dera tinggal dirumah neneknya didekat panti asuhan. Dera selalu pergi ke panti asuhan dan bermain denganku. Kamu ingat saat kau jatuh dari pohon ? “
“ iya aku ingat panti asuhan itu, tapi aku tak tahu Dera saat itu “
“ sejak kecil Dera selalu disisimu tanpa pernah kau sadari. Ia selalu satu sekolah denganmu, tapi dia tidak pernah menampakan diri kepadamu. Sejak dulu dia mencintaimu Avelin “
                Aku baru menyadari semuanya. Dera bukan orang baru di hidupku. Ia hadir sejak aku kecil. Dia ada saat aku terus beranjak dewasa. Tapi sekarang ia sudah pergi meninggalkanku. Aku sangat menyesal. Kenapa semua ini baru aku sadari saat ia tak lagi disisi ?

                Setelah pertemuan dengan Adrian itu, aku semakin terpuruk. Rasanya aku ingin sekali memeluk Dera dan meminta maaf atas kebodohanku selama ini. Tapi hatiku masih terasa sesak. Masih merasa belum mengetahui seutuhnya. Oh ya, saat bertemu Adrian ia memberiku sebuah buku yang sering ditulis oleh Dera. Akupun membukanya dan membaca setiap halamannya.

Juli 2011
Hari ini tepat satu tahun kamu pergi Avelina. Dan tepat sudah berapa lama juga aku terus berada disisi Avelin. Kamu ingat bagaimana kamu memaksaku untuk mencintai Avelin ? hhaaa!! Kakak ingat itu sayang. Kamu merengek untuk mempunyai kakak perempuan seperti Avelin. Walaupun saat itu kamu masih sangat kecil tapi kamu selalu ingin menjadi seperti Avelin. Tapi maafkan kakak sayang, karena sampai saat ini belum berani mendekati Avelin. Kakak tahu jika akhirnya selalu sedih. Kakak tak mau air matanya menetes hanya karena kakak. Kamu ingat sayang ? saat kamu harus dibawa ke Belanda dan saat itu aku harus menonton pertunjukan drama dari Avelin ? kamu mengusir kakak dan menyuruh kakak agar pergi ke pertunjukan itu. Avelin..aku mencintaimu. Avelina, tunggu kakak disurga sayang..

                This is my ending... akhirnya aku harus rela menerima kepergian Dera. Aku harus terus melanjutkan hidupku. Dan akhirnya aku tahu semua awal cerita ini. Bagaimana Avelina yang membuat Dera selalu disisiku. Meski aku terlambat menyadarinya, seandainya ia tahu akupun mencintainya sejak ia duduk sendirian didepan kelas. Semuanya berawal dari masa lampau, dan telah terlambat disadari dimasa kini. Dera...Avelina...Adrian... kalian cerita yang selalu hidup dalam hatiku.

                Sekarang aku harus pergi dari Indonesia untuk menyelesaikan study ku di Belanda. Semoga saat disana aku bisa hidup berdampingan dengan Dera yang sudah tenang disana bersama Avelina. Yah..aku tahu Avelina mempunyai penyakit yang sama diderita oleh Dera. Avelina memang hanya anak angkat, tapi takdir membuat Dera dan Avelina pergi dengan cara yang sama. Huhh...sampai jumpa sayang. Akan ku tutup dan ku jalani akhir kisah ini, akhirnya aku tahu bagian terakhir dari kisah kita. Terima kasih telah menjadi satu bab penting dalam perjalanan hidupku.


Untuk semuanya yang pernah kehilangan
Untuk segalanya yang telah pergi
Semuanya terus berlanjut dan belum berakhir

Avelin-Finding


“ dari hari ke hari, akankah selamanya begini ? “
                Aku Avelin, seorang gadis yang masih saja menunggu pangerannya terbangun dari tidur lelapnya. Selama sang pangeranku terjaga aku selalu mencoba untuk berlari, namun aku masih saja lari ditempat, tak pernah kemana-mana. Aku selalu merasa takut setiap ingin meninggalkannya. Aku selalu merasa tak bisa jauh darinya. Entah sudah berapa lama aku begini, hanya berdiam menunggunya sadar. Aku mulai putus asa, akankah Dera bisa sadar dan kembali seperti dulu ? Aku mencoba melepas kejenuhan dan segala pertanyaan yang ada dalam otakku. Ku coba melangkahkan kaki tak jauh dari Dera hanya di balkon ruang inapnya. Balkon itu langsung mengarah ke taman rumah sakit. Ada banyak orang disana ada yang seperti ku dan ada pula yang berbahagia. Aku sadar jika bukan hanya aku yang mengalami ini semua. Masih banyak yang mendapatkan cobaan melebihi aku. Huh...ku hembuskan nafas secara perlahan, dan aku mendapatkan lagi semangat dan kepercayaan atas harapan kesembuhan Dera.
“ Bik, kenapa foto di rumah Dera itu ada foto pemakaman ? apa ada maknanya ? “
“ Iya non itu ada maknanya. Foto pemakaman itu adalah foto terakhir bersama Den Dana. Itu diambil saat prosesi pemakaman Den Dana. Foto itu khusus kumpulan foto Den Dana. Kalo punya Den Dera ada diruangan lain “
“ Bik, bisa kita kerumah sekarang ? aku ingin melihatnya. Biar nanti Dera suster yang jaga “
“ Baiklah non “
                Aku beranjak pergi meninggalkan rumah sakit bersama Bibik, kami menuju rumah Dera. Entah apa yang merasuk, aku sangat penasaran bagaimana kolase foto Dera. Tak lama menaiki taksi kami sampai dirumah Dera. Aku dan bibik langsung menuju dimana foto Dera berada. Foto itu berbeda dengan kolase diruang tamu. Foto milik Dera lebih sederhana. Aku melihat dua foto Dera saat masih bersama keluarganya. Lalu aku melihat foto Dera sedang bersepeda memakai seragam kasir. Dan yang terakhir aku melihat foto Dera memakai pakaian formal sedang duduk ditaman membaca buku. Aku sangat menyukai kolase foto milik Dera. Dan kesimpulan yang bisa ku ambil dari foto itu adalah Dera mempunyai dua sisi yang berlawanan, ia mempunyai segalanya dalam bentuk terbalik. Tik...tik... air mataku menganak dipipi,mengingat ia yang sedang ku ratapi fotonya sedang terbaring lemah dirumah sakit dengan berbagai selang ditubuhnya.
                Aku selalu merasa sakit saat ia harus menerima berbagai suntikan ditubuhnya. Tangannya pun sudah membiru akibat banyak tusukan jarum di nadinya. Andai bisa aku berbagi rasa sakit dengannya, aku akan tanggung separuh sakitnya. Agar aku bisa merasakan jadi dirinya dan sama sepertinya. Sepi sudah bosan menghampiriku, namun aku masih saja duduk disini membacakan cerita indah berharap ia mendengarkan. Saat aku asik membacakan cerita, tiba-tiba jemari Dera bergerak. Seakan merespond apa yang sedang ku ceritakan.“ Dokter...Dera dok..!!” aku panik segera memanggil dokter untuk memeriksa Dera. Aku berharap hari inilah Dera bisa kembali seperti dulu. Dokterpun segera datang.
“ Dera mulai menunjukkan perkembangan. Ia mulai merespond sekitarnya. Teruskan saja apa yang mau kamu lakukan. Mungkin itu bisa memancing kesadarannya. Teruslah optimis nak. “
“ Apa besar kemungkinan Dera sadar ? “
“ Saya tidak pernah tahu itu. Saya tidak bisa memperkirakan semuanya, karena segalanya bisa saja terjadi nak. Saya kembali keruangan dulu ya.”
                Begitulah kata dokter yang merawat Dera. Aku harus tetap disisinya dan memancing kesadarannya. Tapi apakah aku bisa ? Berhari-hari aku mencoba segalanya untuk Dera, sampai dimana hal yang ku takutkan terjadi
“ Avelin...”
“ Dera.. kamu sudah sadar Der? “
“ Avelin, temui orang ini untuk aku. Sampai jumpa dikehidupan mendatang sayang.. “
Wajah pucatnya tersenyum padaku, tak lama kemudian ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan perlahan dan ia pun menghilang. Dera meninggal dunia. Hatiku hancur. Harapanku pupus. Selamat tinggal cintaku...


                Setelah kepergian Dera aku selalu begini, ingin kerumah sakit dan menetap diruangan yang selama ini aku lewati dengan Dera. Rasanya begitu singkat cerita cintaku dengan Dera. Aku hanya diberikan satu hari mengenalnya dan berhari-hari aku harus menunggu ia sadar, dan saat ia sadar Tuhan membawanya pulang.
“ Dera...apa kau merasakan rindu ini disana ? “
“ Iya, aku pasti rindu kamu Avelin “
“ Dera...beritahu aku akhir kisah ini “
“ Avelin, kau harus melewati semuanya maka kau akan tahu akhirnya “
                Lagi-lagi aku bermimpi Dera. Setiap kerumah sakit aku selalu duduk ditaman dan tertidur disana, karena hanya disanalah aku bisa memimpikan Dera dengan kenyataan 95%. Menurutmu ini aneh ? Aku memang selalu bermimpi, tapi aku merasakan mimpi itu nyata setiap ada ditaman ini. Aku beranjak pergi pulang kerumah. Selama diperjalanan ku buka lagi berbagai catatan kecil yang ada dibuku ku, mengenang cerita cintaku dengan Dera. Lalu sampailah aku dihalaman terakhir saat Dera meninggal. Aku teringat pesannya jika aku harus menemukan seseorang untuknya. Tapi siapa ? bagaimana aku bisa mencarinya ?

Hari ini kuputuskan untuk pergi kerumah Dera, untuk menjenguk Bibik.
“ Ayuk masuk non. Mau kekamar den Dera ? “
“ Iya bik, saya mau ke kamar den Dera saja. Buatkan saya teh hangat ya bik. Peras sama jeruk. Saya lagi ngga enak badan “
“ Siap non. Nanti bibik antar ke kamar “
                Sampai di kamar Dera, aku mulai menjelajah semua isi kamar Dera. Aku harus menemukan petunjuk siapa orang yang harus aku temukan untukknya. Karena aku yakin itu adalah orang yang berarti bagi Dera, siapa tahu jika aku menemukannya Dera akan semakin bahagia disana. Berbagai tumpukan buku sudah ku runtuhkan. Setiap halamannya sudah ku buka, namun semuanya tak memberikan petunjuk apapun.
“ ini non tehnya. Silahkan diminum “
“ makasih ya bik. Maaf berantakkan nanti aku beresin lagi “
“ emang non Elin nyari apa ? “
“ saat terakhir Dera ia menyuruhku untuk menemukan seseorang. Tapi ia tak memberi tahu siapa orangnya. Apa bibik tahu ? “
“ sebentar...mungkin bibik tahu. Mungkin orang itu adalah Adrian, itu adalah orang yang selama ini mendampingi Dera non. Bukan saudara, mungkin hanya teman. Tapi dia akhir-akhir ini sibuk dan tidak pernah kesini. Bahkan saat pemakaman Dera saja Adrian tidak hadir, ia datang pada saat orang sudah tidak ada lagi dimakam. Bibik melihat itu, karena bibik orang terakhir yang pulang dari pemakaman Dera “
“ Adrian ? apakah aku mengenalnya bik ?”
“ mungkin saja non, wajahnya sangat mirip dengan Dera. Sikap dan sifatnya pun sangat sama. Makanya mereka cocok dalam segala hal. Berbeda dengan Dana, Dana sangat bertolak belakang dengan Dera “
                Adrian ? siapa lagi ini ? apa maksud Dera menyuruhku menemukannya ? Aku kembali sibuk membongkar semua buku yang ada dikamar Dera. Aku membuka laptop yang biasa digunakannya. Saat melihat wallpapernya, aku melihat dua orang yang sangat mirip “ inikah Adrian ? “. Aku mulai membuka berbagai folder di docummentnya. Aku menemukan sebuah document dengan judul cinta terakhirku. Aku mengklik file itu, dan terbukalah sebuah fotoku dengan cerita panjang dibawahnya. Entah dimana ia mendapatkan fotoku. Ah..Dera!!
Namanya Avelin. Gadis yang selama ini selalu ku tunggu kehadirannya. Oh ya, Avelina..apa kabarmu disana ? Kakak segera menyusulmu ke sana. Sekarang kakak sudah menemukan orang yang kamu minta cari tahu. Kau memang benar, namanya mirip denganmu. Wajahnyapun hampir serupa manisnya denganmu. Avelina...kakak sudah tahu akhir kisah ini. Tapi kakak takut jika mengecewakan Avelin. Kakak memang mencintainya sejak kau memberitahu kakak semua tentangnya. Avelin...Avelina... aku mencintai kalian. Tapi tubuhku sudah tak kuat menahan sakit ini. Aku tahu, cepat atau lambat aku akan pergi.
                Aku hanya bisa tersenyum melihat tulisan Dera. Lalu aku membuka file lainnya dengan judul Adrian. Setelah ku klik, nampaklah foto Adrian. Seseorang yang sangat mirip dengan Dera.
Ini Adrian. Dia orang yang selama ini mendampingiku. Layaknya saudara kembar, kami memang mirip tapi tak sedarah. Adrian tinggal di kompleks perumahan sederhana. Tak jauh dari rumahku. Aku satu kampus dengannya. Banyak yang mengira kami kembar dan homo. Hhaaaaa lucu! Aku tidak seperti yang dibicarakan mereka. Aku dan Adrian memang dekat, itu semua karena pekerjaan dan rumah kami. Aku tidak mempunyai saudara lagi dan dia juga hidup sendirian dikota besar ini. Maka aku sudah menganggapnya sebagai kakak ku sendiri. Karena selama ini aku dan Dana tak pernah seakrab anak kembar lainnya. Dana...aku merindukanmu saudaraku.
                Akhirnya aku menemukan titik jelas dari siapa yang harus ku temukan. Adrian!!!

Rabu, 14 Agustus 2013

Avelin - Waiting For The Ending


“ beritahu aku, bagaimana akhir kisah ini ? “

                Avelin Naura, itulah namaku. Aku selalu merasakan bahagia, tapi itu semua terjadi hanya dimasa lampau. Kini, aku hanyalah gadis yang kesepian dan terkadang tak pernah tersenyum. Lekukan indah bibirku ini dulu sering menghiasi wajahku, saat bertemu dan dekat dengannya. Namanya Dera, lelaki seusiaku yang hidup dijalanan. Ia sering mengantarkan koran atau majalah, terkadang ia juga sering menjadi kasir di sebuah minimarket kompleks rumahku. Pertama aku mengenalnya pada saat ia duduk dipinggir jalan dan rantai sepedaku terlepas. Aku terbiasa bersepeda untuk berkeliling kompleks rumahku. Saat kejadian yang tak ku inginkan itu terjadi disanalah Dera membantuku. Aku masih ingat semua percakapan kami dipertemuan pertama itu.
“ Bisa saya bantu non ? “
“ Iya mas, tolong benerin rantai sepedanya ya ? “
“ Baik non, tunggu sebentar. “
                Ia sibuk membenarkan rantai sepedaku. Selama itu pula aku merasa mengenalinya, seseorang yang tak asing lagi bagiku. Semua pikiran tentangnya terasa samar. Aku merasa mengenalnya akan tetapi akupun tak ingat sama sekali siapa dia. Tak lama kemudian
“ Ini udah bener non “
“ Ah,jangan panggil aku non gitu. Kita kayaknya seumuran. Namaku Avelin. Kamu ? “
“ Aku Dera non “
“ Btw, makasih ya Dera udah bantu aku. Kamu baru pulang kerja ya ? “
“ Iya Non “
“ Beli Ice cream yuk? “
“ Maaf non saya harus pulang, lain kali saja atuh “
“ Yaudah, hati-hati dijalan ya Dera “
               

                Sejak pertemuan itu aku merasa penasaran dengan sosoknya. Seperti teman lama, hanya saja seakan tak pernah saling kenal. Setiap sore aku selalu berkeliling taman, berharap bisa bertemu dia lagi. Namun aku tak pernah menemukannya sejak pertemuan pertama itu, dimanakah Dera ? Berhari-hari aku menunggu akhirnya pertemuan kami yang kedua pun terjadi. Saat itu ia sedang menunggu di halte bus didekat kompleks, wajahnya pucat pasi seperti mayat hidup.
“ Dera ? “
“ Avelin? “
“ Kamu sakit Der? “
“ Iya, cuman demam. Udah empat hari ini, makanya ini mau pulang aja kerumah “
“ Aku anterin ya ? “
“ Ngga deh Lin, makasih “
“ Kamu ngga boleh nolak! “
                Dengan sedikit paksaan akhirnya dia mau aku antar sampai kerumah. Ku urungkan niat Dera untuk pulang dengan bus. Aku langsung menelpon supirku dirumah agar menjemput kami. Selama diperjalanan pulang Dera menggigil kedinginan, akan tetapi tubuhnya mengalami demam tinggi. Ku pikir dia perlu perawatan khusus sesampainya dirumahnya nanti.
                Saat tiba dirumahnya, ku dapati rumah yang sangat mewah melebihi rumah ku di kompleks. Kami pun turun dari mobil, lalu Dera mengetuk pintu rumah besar itu.
“ Den Dera, aduh Aden kenapa pucat begini ? ngga makan? Sakit Den ? “
Aden? Berarti ini rumahnya, dan yang membukakan pintu ini adalah Bibik nya.
“ Dera nya sakit Bik, demam tinggi. Telepon dokter ya ? “
“ Iya non. Ayuk masuk Den “
                Aku dan Bibik memapah Dera menuju ruang tamu. Rumah itu cukup megah, namun dalamnya seperti rumah-rumah orang pada umumnya saja. Tak ada yang istimewa. Namun aku terkesima melihat sebuah foto dengan figura yang mewah terpajang besar di dinding ruang tamu itu. Sebuah foto keluarga yang sederhana namun seperti berbicara dan memiliki nyawa. Foto itu melukiskan kebersamaan antara Dera dan keluarganya, berlokasi di sebuah pantai,gunung,sawah,dan pemakaman. Ya, itu sebuah foto kolase dari berbagai tempat yang digabungkan menjadi satu figura. Hatiku bertanya-tanya mengapa harus ada foto pemakaman di kolase itu ?



                Hari ini aku akan menjenguk Dera, membawakan sekeranjang buah dan serangkaian bunga mawar putih, ku harap Dera menyukainya. Saat aku ingin mengetuk pintu rumah Dera, tiba-tiba terdengar suara tangis seorang perempuan. Sayup-sayup suara itu terdengar, akupun langsung membuka pintu rumah itu. Betapa terkejutnya aku harus mendapati Dera tergeletak dilantai dengan darah yang masih segar.
“ Bik...Dera kenapa ?”
“ Den Dera jatuh non. Bibik tadi ngambilin obat. Ternyata Den Dera mau pergi keluar “
Isak tangis Bibik tedengar sangat menyayat hati. Tanpa sebab akupun ikut menitikkan air mata.Mawar putih yang ku bawa tadi terjatuh dan berubah menjadi merah karena tercampur dengan darah Dera. Akupun membawa Dera kerumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan medis.
                Detak jantungku semakin kencang. Perasaan tak karuan terus bercampur dengan air mata ini. Isak tangis terus terdengar dari Bibik Dera. Kemana ayah dan ibunya ? Saudaranya? Mengapa tak kemari ? Akupun memberanikan diri untuk bertanya pada Bibik.
“ Bik. Dera itu anak tunggal ? Orang tuanya kemana ? “
“ Ngga non. Den Dera itu kembar dan punya satu saudari perempuan. Orang tuanya bercerai dan mereka tidak tinggal di Indonesia lagi “
“ kembar ? siapa kembarannya Bik? Saudarinya? “
“ Iya, Dera itu kembaran Dana. Dan saudarinya bernama Avelina”
“Avelina? Mirip namaku ya bik. Aku Avelin tanpa huruf a diakhirnya. Lalu dimana saudara-saudari Dera ? mengapa ia tinggal sendirian dirumah besar itu ? “
“ Avelina itu anak angkat saja non. Ia sekarang sekolah di Belanda. Sedangkan Dana, sudah meninggal 5 tahun yang lalu. Setahun sebelum Dana meninggal, bapak dan ibu bercerai entah karena apa. Den Dana meninggal karena sakit. Keadaan semakin kacau setelah Dana meninggal non”
                Aku terpaku mendengarkan kisah hidup Dera. Avelina? Nama yang sangat mirip denganku. Aku juga pernah bersekolah di Belanda. Tapi aku tahu, Avelina bukanlah aku. Nama kami hanya mirip dan sama mengenal Dera. Aku memang tidak sempat mengenal Dera dengan detail,tapi untuk saat ini aku akan terus menunggunya. Aku selalu berharap jika ia segera sadar dari tidur panjangnya.


                Aku tak pernah mengerti apa yang dirasakannya. Apa yang dideritanya. Karena aku tak pernah siap jika mengetahui lalu takut kehilangannya. Semua hari-hari yang ku lalui dengan Dera selalu ku tulis dibuku catatan kecilku, hanya catatan bukan diary. Berhari-hari aku dirumah sakit, berhari-hari pula Dera tak kunjung sadar. Apakah ia sudah meninggal? Belum! Denyut nadinya masih ada, detak jantungnya masih berdetak (walau lemah) dan darahnya masih mengalir. “teman kamu ini sedang koma dek” kata seorang perawat saat aku menyeka tangan Dera.
                Dengan sabar ku lalui hari-hari dirumah sakit ini dengan menunggu Dera. Aku selalu meyakini jika ia akan sadar sesegera mungkin. Dan setiap hari pula aku menuliskan banyak kata di buku catatan kecil ku ini. Berharap saat Dera sadar ia akan tahu betapa aku mencintainya sejak pertama bertemu. Tapi, akankah itu semua bisa ku lakukan ? dan apakah ini cinta?

Dera... sejak mengenalmu aku terus memikirkanmu. Sejak hari itu kau membuatku penasaran. Aku seperti mengenalmu namun aku tak mampu mengingatnya. Nama saudarimu mirip denganku Avelina. Mungkin aku ditakdirkan untuk menggantikan Avelina dihidupmu, namun aku tak berharap jadi adikmu...aku berharap lebih. Aku yakin kau tahu itu Dera. Selama kau tak pernah bangun, aku terus disini menemanimu, dan saat kau membaca ini masihkah nafasmu berhembus ?

Untuk segala penantian tak berujungku
Seperti apakah akhir kisah ini ?
Aku akan terus menunggu akhir kisah ini

Salam hangat dari orang yang mencintaimu Avelin






ku dedikasikan untuk semuanya yang pernah menanti dan menunggu
jangan pernah lelah dan takut menjalani akhir kisah ini  :)