Sabtu, 17 Agustus 2013

Avelin-Finding


“ dari hari ke hari, akankah selamanya begini ? “
                Aku Avelin, seorang gadis yang masih saja menunggu pangerannya terbangun dari tidur lelapnya. Selama sang pangeranku terjaga aku selalu mencoba untuk berlari, namun aku masih saja lari ditempat, tak pernah kemana-mana. Aku selalu merasa takut setiap ingin meninggalkannya. Aku selalu merasa tak bisa jauh darinya. Entah sudah berapa lama aku begini, hanya berdiam menunggunya sadar. Aku mulai putus asa, akankah Dera bisa sadar dan kembali seperti dulu ? Aku mencoba melepas kejenuhan dan segala pertanyaan yang ada dalam otakku. Ku coba melangkahkan kaki tak jauh dari Dera hanya di balkon ruang inapnya. Balkon itu langsung mengarah ke taman rumah sakit. Ada banyak orang disana ada yang seperti ku dan ada pula yang berbahagia. Aku sadar jika bukan hanya aku yang mengalami ini semua. Masih banyak yang mendapatkan cobaan melebihi aku. Huh...ku hembuskan nafas secara perlahan, dan aku mendapatkan lagi semangat dan kepercayaan atas harapan kesembuhan Dera.
“ Bik, kenapa foto di rumah Dera itu ada foto pemakaman ? apa ada maknanya ? “
“ Iya non itu ada maknanya. Foto pemakaman itu adalah foto terakhir bersama Den Dana. Itu diambil saat prosesi pemakaman Den Dana. Foto itu khusus kumpulan foto Den Dana. Kalo punya Den Dera ada diruangan lain “
“ Bik, bisa kita kerumah sekarang ? aku ingin melihatnya. Biar nanti Dera suster yang jaga “
“ Baiklah non “
                Aku beranjak pergi meninggalkan rumah sakit bersama Bibik, kami menuju rumah Dera. Entah apa yang merasuk, aku sangat penasaran bagaimana kolase foto Dera. Tak lama menaiki taksi kami sampai dirumah Dera. Aku dan bibik langsung menuju dimana foto Dera berada. Foto itu berbeda dengan kolase diruang tamu. Foto milik Dera lebih sederhana. Aku melihat dua foto Dera saat masih bersama keluarganya. Lalu aku melihat foto Dera sedang bersepeda memakai seragam kasir. Dan yang terakhir aku melihat foto Dera memakai pakaian formal sedang duduk ditaman membaca buku. Aku sangat menyukai kolase foto milik Dera. Dan kesimpulan yang bisa ku ambil dari foto itu adalah Dera mempunyai dua sisi yang berlawanan, ia mempunyai segalanya dalam bentuk terbalik. Tik...tik... air mataku menganak dipipi,mengingat ia yang sedang ku ratapi fotonya sedang terbaring lemah dirumah sakit dengan berbagai selang ditubuhnya.
                Aku selalu merasa sakit saat ia harus menerima berbagai suntikan ditubuhnya. Tangannya pun sudah membiru akibat banyak tusukan jarum di nadinya. Andai bisa aku berbagi rasa sakit dengannya, aku akan tanggung separuh sakitnya. Agar aku bisa merasakan jadi dirinya dan sama sepertinya. Sepi sudah bosan menghampiriku, namun aku masih saja duduk disini membacakan cerita indah berharap ia mendengarkan. Saat aku asik membacakan cerita, tiba-tiba jemari Dera bergerak. Seakan merespond apa yang sedang ku ceritakan.“ Dokter...Dera dok..!!” aku panik segera memanggil dokter untuk memeriksa Dera. Aku berharap hari inilah Dera bisa kembali seperti dulu. Dokterpun segera datang.
“ Dera mulai menunjukkan perkembangan. Ia mulai merespond sekitarnya. Teruskan saja apa yang mau kamu lakukan. Mungkin itu bisa memancing kesadarannya. Teruslah optimis nak. “
“ Apa besar kemungkinan Dera sadar ? “
“ Saya tidak pernah tahu itu. Saya tidak bisa memperkirakan semuanya, karena segalanya bisa saja terjadi nak. Saya kembali keruangan dulu ya.”
                Begitulah kata dokter yang merawat Dera. Aku harus tetap disisinya dan memancing kesadarannya. Tapi apakah aku bisa ? Berhari-hari aku mencoba segalanya untuk Dera, sampai dimana hal yang ku takutkan terjadi
“ Avelin...”
“ Dera.. kamu sudah sadar Der? “
“ Avelin, temui orang ini untuk aku. Sampai jumpa dikehidupan mendatang sayang.. “
Wajah pucatnya tersenyum padaku, tak lama kemudian ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan perlahan dan ia pun menghilang. Dera meninggal dunia. Hatiku hancur. Harapanku pupus. Selamat tinggal cintaku...


                Setelah kepergian Dera aku selalu begini, ingin kerumah sakit dan menetap diruangan yang selama ini aku lewati dengan Dera. Rasanya begitu singkat cerita cintaku dengan Dera. Aku hanya diberikan satu hari mengenalnya dan berhari-hari aku harus menunggu ia sadar, dan saat ia sadar Tuhan membawanya pulang.
“ Dera...apa kau merasakan rindu ini disana ? “
“ Iya, aku pasti rindu kamu Avelin “
“ Dera...beritahu aku akhir kisah ini “
“ Avelin, kau harus melewati semuanya maka kau akan tahu akhirnya “
                Lagi-lagi aku bermimpi Dera. Setiap kerumah sakit aku selalu duduk ditaman dan tertidur disana, karena hanya disanalah aku bisa memimpikan Dera dengan kenyataan 95%. Menurutmu ini aneh ? Aku memang selalu bermimpi, tapi aku merasakan mimpi itu nyata setiap ada ditaman ini. Aku beranjak pergi pulang kerumah. Selama diperjalanan ku buka lagi berbagai catatan kecil yang ada dibuku ku, mengenang cerita cintaku dengan Dera. Lalu sampailah aku dihalaman terakhir saat Dera meninggal. Aku teringat pesannya jika aku harus menemukan seseorang untuknya. Tapi siapa ? bagaimana aku bisa mencarinya ?

Hari ini kuputuskan untuk pergi kerumah Dera, untuk menjenguk Bibik.
“ Ayuk masuk non. Mau kekamar den Dera ? “
“ Iya bik, saya mau ke kamar den Dera saja. Buatkan saya teh hangat ya bik. Peras sama jeruk. Saya lagi ngga enak badan “
“ Siap non. Nanti bibik antar ke kamar “
                Sampai di kamar Dera, aku mulai menjelajah semua isi kamar Dera. Aku harus menemukan petunjuk siapa orang yang harus aku temukan untukknya. Karena aku yakin itu adalah orang yang berarti bagi Dera, siapa tahu jika aku menemukannya Dera akan semakin bahagia disana. Berbagai tumpukan buku sudah ku runtuhkan. Setiap halamannya sudah ku buka, namun semuanya tak memberikan petunjuk apapun.
“ ini non tehnya. Silahkan diminum “
“ makasih ya bik. Maaf berantakkan nanti aku beresin lagi “
“ emang non Elin nyari apa ? “
“ saat terakhir Dera ia menyuruhku untuk menemukan seseorang. Tapi ia tak memberi tahu siapa orangnya. Apa bibik tahu ? “
“ sebentar...mungkin bibik tahu. Mungkin orang itu adalah Adrian, itu adalah orang yang selama ini mendampingi Dera non. Bukan saudara, mungkin hanya teman. Tapi dia akhir-akhir ini sibuk dan tidak pernah kesini. Bahkan saat pemakaman Dera saja Adrian tidak hadir, ia datang pada saat orang sudah tidak ada lagi dimakam. Bibik melihat itu, karena bibik orang terakhir yang pulang dari pemakaman Dera “
“ Adrian ? apakah aku mengenalnya bik ?”
“ mungkin saja non, wajahnya sangat mirip dengan Dera. Sikap dan sifatnya pun sangat sama. Makanya mereka cocok dalam segala hal. Berbeda dengan Dana, Dana sangat bertolak belakang dengan Dera “
                Adrian ? siapa lagi ini ? apa maksud Dera menyuruhku menemukannya ? Aku kembali sibuk membongkar semua buku yang ada dikamar Dera. Aku membuka laptop yang biasa digunakannya. Saat melihat wallpapernya, aku melihat dua orang yang sangat mirip “ inikah Adrian ? “. Aku mulai membuka berbagai folder di docummentnya. Aku menemukan sebuah document dengan judul cinta terakhirku. Aku mengklik file itu, dan terbukalah sebuah fotoku dengan cerita panjang dibawahnya. Entah dimana ia mendapatkan fotoku. Ah..Dera!!
Namanya Avelin. Gadis yang selama ini selalu ku tunggu kehadirannya. Oh ya, Avelina..apa kabarmu disana ? Kakak segera menyusulmu ke sana. Sekarang kakak sudah menemukan orang yang kamu minta cari tahu. Kau memang benar, namanya mirip denganmu. Wajahnyapun hampir serupa manisnya denganmu. Avelina...kakak sudah tahu akhir kisah ini. Tapi kakak takut jika mengecewakan Avelin. Kakak memang mencintainya sejak kau memberitahu kakak semua tentangnya. Avelin...Avelina... aku mencintai kalian. Tapi tubuhku sudah tak kuat menahan sakit ini. Aku tahu, cepat atau lambat aku akan pergi.
                Aku hanya bisa tersenyum melihat tulisan Dera. Lalu aku membuka file lainnya dengan judul Adrian. Setelah ku klik, nampaklah foto Adrian. Seseorang yang sangat mirip dengan Dera.
Ini Adrian. Dia orang yang selama ini mendampingiku. Layaknya saudara kembar, kami memang mirip tapi tak sedarah. Adrian tinggal di kompleks perumahan sederhana. Tak jauh dari rumahku. Aku satu kampus dengannya. Banyak yang mengira kami kembar dan homo. Hhaaaaa lucu! Aku tidak seperti yang dibicarakan mereka. Aku dan Adrian memang dekat, itu semua karena pekerjaan dan rumah kami. Aku tidak mempunyai saudara lagi dan dia juga hidup sendirian dikota besar ini. Maka aku sudah menganggapnya sebagai kakak ku sendiri. Karena selama ini aku dan Dana tak pernah seakrab anak kembar lainnya. Dana...aku merindukanmu saudaraku.
                Akhirnya aku menemukan titik jelas dari siapa yang harus ku temukan. Adrian!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar