Rabu, 26 Desember 2012

Natal Kedua


“ Selamat natal untuk wanita yang ku cintai ,yang ber-rumah di gereja. Semoga dirimu selalu diliputi kebahagiaan” – Riza,kekasihmu.

“ Selamat pagi. Merry chirstmas ya sayang. Semoga kamu selalu diliputi kebahagiaan. Salam ya buat keluarga kamu.”
“ Iya,makasih ya. Maaf kita ngga bisa jalan hari ini. Padahal udah satu bulan kita ngga jalan bareng. “
“ Iya,ngga apa-apa. Aku tahu kok natalan pasti jauh lebih penting dari aku. Ntar malam aja ya kita ketemu di cafe biasa. “
“ Ok. Aku ke gereja dulu ya sayang. See you tonight. Ntar kita SMS-an lagi.”

            Ini adalah tahun kedua aku merayakan natal bersama Riza. Dan setiap natal ia selalu memberi ku kado. Walaupun kami beda agama. Dia sangat menghormati keyakinanku. Begitu pula aku. Aku sangat menghormati keyakinannya. Dalam perbedaan yang sulit untuk disatukan,kami saling mencintai dan menghormati perbedaan ini. Agamaku...Agamanya...
            Natal kali ini rasanya lebih berat. Karena dua tahun sudah hubunganku dengannya dan orang tuaku belum pernah tahu sedikitpun tentang kekasihku ;  Riza. Aku ingin mengenalkannya tapi aku takut apa yang menjadi mimpi burukku itu terjadi. Riza mengerti aku. Hanya dia yang mampu menepis segala ke egoisanku. Saat melihat wajahnya,aku melihat kedamaian tersendiri. Sejuk,dan wajahnya tak pernah bosan untuk dipandang. Aku pernah berpikir jika aku akan merubah keyakinanku. Lalu menikah dengan Riza,dan kami akan hidup bahagia. Tapi, aku harus berpikir dua kali karena didunia ini aku tidak hidup sendirian. Ada keluargaku yang siap menghancurkan khayalanku. Yang siap menentangku bagaimanapun caranya.
            Selesai merayakan natal,aku menemui Riza yang sudah datang lebih dulu daripada aku. Wajahnya terlihat sejuk. Dari kejauhan ku lihat ia menyeruput kopi hitam yang biasa ia pesan di cafe ini. Semakin dekat aku berjalan rasanya aku semakin gugup,seperti pertama bertemu dulu.

“ Riza “
“ Hallo Celia ku yang cantik. Wah kamu cantik banget malam ini. Kayak malaikat. “
“ Hehehe,bisa aja kamu. Udah lama nunggu? Maaf ya aku telat. Tadi nunggu taksi dulu. “
“ Iya,ngga papa. Gimana natalannya? Rame? “
“ Puji Tuhan,rame kok. Lebih rame lagi kalo aja ada kamu. Kalo aja kita satu. “
“ Hmm,maaf ya sayang. Besok jadi ikut baksos? “
“ Jadi. Kenapa? “
“ Aku juga ikut. Soalnya aku panitianya.”
“ Hah?Kamu panitia baksos besok? Kok aku ngga tahu?”
“ Surprise sayang. Besok aku jemput kamu ya? “
“ Boleh. Ditempat biasa aja ya.”
“ Oke darlin’ “

            Rasanya natal kali ini jauh lebih bermakna dari tahun pertama aku dengan Riza. Natal kali ini dia benar-benar membuatku memahami arti perbedaan yang ada diantara kami. Kami memang sulit bersatu. Tapi jauh dari segala perbedaan yang ada. Hati kami satu.
            Bersama orang yang kucintai. Yang ada dihadapan mataku. Aku menikmati malam natal. Di cafe tempat kami sering bercengkrama. Tempat dimana aku sering melihat senyumnya,tawanya,serta sedihnya. Dan kami asik bercerita,dan sesekali menyeruput kopi. Natal kali ini pertanyaanku masih belum terjawab.
“Bisakah cinta ini bersatu? Jika bisa mungkin itu kado natal yang pernah ada dihidupku”
            Riza,aku hanya bisa seperti ini denganmu. Berjalan berdua. Menapaki hari demi hari yang kita sendiri tak pernah bisa menduganya. Mungkinkah hari esok kita bisa seperti ini terus? Dalam perbedaan yang melekat. Cinta juga akan terus mendekap. Semakin dalam. Hingga aku tenggelam dalam putihnya hatimu.

---
Riza dan Celia
Natal Kedua Cinta yang penuh pertentangan
agamu,agamaku,cinta kita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar