Senin, 13 Agustus 2012

Different Way #1

Ku tenggelamkan kepalaku menuju ruang bawah sadarku. Ada kamu,orang tuaku,dia,dan mereka. Lalu ragu itu menghampiriku. Ia bertanya "akankah bertahan?diatas segala perbedaan?antara cinta dan agama?antara rosario-mu dan tasbihku?". Tak pernah ku jawab tanya sang ragu. Dari sekian banyak wanita aku tahu bahwa banyak juga yg mengalami hal sepertiku,banyak wanita yang berjilbab jatuh hati pada lelaki yang berumah di gereja. Aku pernah berpikir,seandainya aku adalah tulang rusuk seseorang laki-laki,apakah laki-laki tersebut sama sepertiku?apa yg diyakininya apakah sama sepertiku?atau mungkin aku adalah tulang rusuk seorang laki-laki yang berumah di gereja,yang melipat tangannya sambil memegang rosario?yang membaca alkitab? Bagaimana jika seperti itu? Ragu itu kembali bertanya-tanya. Mencoba menerka-nerka apa yg akan terjadi nanti. Lalu,aku mulai bertanya pada diriku? Inikah cintaku? Diakah takdirku? Kembali lagi aku harus menatap langit-langit kamarku. Ada kamu,ada orang tuaku,ada dia juga mereka. Melihat realita kehidupan sekarang rasanya sangat tabu untuk kita bisa selamanya bersama. Saat perbedaan tak bisa dilebur. Perbedaan selalu dibilang indah. Namun,bagiku tidak. Aku pernah hancur karena.sebuah perbedaan. Haruskah ini terulang? Apa yg ku yakini rasanya tak mungkin dapat kau yakini dengan begitu saja. Bagaimana orang tuamu? Dan orang yang ada di hidupmu? Begitu pula aku,aku tak mungkin meyakini apa yang kau yakini,ada orang tuaku yang harus ku jaga hatinya. Aku tahu,hubungan ini belum terikat secara resmi. Akupun sadar bahwa hubungan ini dapat berakhir dengan mudahnya. Tapi aku menyayangimu,aku mencintaimu! Karena terlalu tabunya kita maka kita tak bisa bersama. Tapi,izinkan aku tinggal disisimu. Merasakan hangatnya kasih sayangmu. Meski hanya sementara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar