Selasa, 21 Agustus 2012

Kota Impian


Kota impian.

            Semua orang bisa bermimpi. Sangat tinggi. Tapi,tak semua orang mampu menjangkau mimpinya sendiri. Ingatlah,jika kau berani bermimpi maka kau harus berani pula mewujudkannya. Tak peduli seberapa lama waktu yang tersisa. Berusahalah mengapai mimpimu. Agar kau dapat rasakan “ saat mimpimu ada didepan matamu dan itu kenyataan”.

Aku Nada. Pelajar kelas sepuluh putih abu-abu di kabupaten yang masih sangat damai belum tersentuh keramaian sepenuhnya. Aku seorang pemimpi yang sering berkhayal bagaimana masa depanku kelak. Aku anak pertama yang menjadi harapan keluarga untuk bisa sukses. Aku adalah seorang yang cinta terhadap seni dan dunia sosial. Dan inilah kisahku,membangun kota impianku bersama orang yang selalu ku khayalkan,  Danu.
Saat itu aku adalah orang yang menyayangi Danu. Aku sangat dekat dengan Danu.Tapi aku terlambat. Karena Danu menyukai gadis lain,dan bukan aku. Aku terus disisinya meskipun aku tak bisa memilikinya. Memanggilnya Abang terasa ganjil karena bukan itu yang ku harapkan. Danu menjalin hubungan dengan gadis yang ia suka dan cintai. Akupun hanya bisa memendam rasaku sendiri. Aku harus diam-diam memperhatikannya. Kadang aku cemburu melihatnya bersama kekasihnya. Namun aku tahu,apa dayaku? Dan apa hak-ku?
Danu adalah kakak kelasku sejak aku SD sampai sekarang. Kurang lebih sudah 10 tahun aku mengenalnya. Mengetahui dirinya. Memang aku hanya mengenal sosoknya dari luar bukan dari dalam. Entah mengapa sekarang aku menyukainya. Ingin memilikinya. Tapi tak bisa. Danu datang saat aku sedang terpuruk. Ia memberikan semangat padaku. Dan disitulah aku mulai merasakan bahwa aku menyayanginya. Tak ingin kehilangan dia. Orang tuaku pun juga tahu tentang Danu. Mengenal keluarga Danu meskipun hanya sekilas. Kadang mereka bercerita tentang Danu padaku,menanyakan Danu dan lain-lain. Aku selalu tersenyum saat Ibuku berucap “  Nanti,rumah kita yang baru kurang kebih seperti rumah Danu “
Beberapa bulan setelah Danu memilih gadis itu aku tetap saja mendekati dan berasa disisi Danu. Tetap berusaha untuk memilikinya. Karena dulu aku tak sempat memilikinya. Danu adalah pemain cinta yang kekasihnya bukan hanya satu. Gadis yang dekat dengannya pun banyak. Tak hanya kekasihnya ataupun aku. Lama berselang,akhirnya aku bisa memiliki Danu meskipun harus diam-diam dengan menjadi selingkuhannya. Sebelum memiliki Danu,ia sudah ku perintahkan untuk memutuskan semua pacarnya kecuali gadis yang ia sukai itu. Aku tak bisa memaksanya untuk memutuskan ikatan dengan gadis itu. Karena aku tahu,ia menyukai gadis itu terlebih dahulu sebelum ia bisa menyukai aku. Aku ingat ketika belum memilikinya kami pernah saling berbicara tentang masa depan. Ingin jadi apa dan akan kuliah dimana. Saat itu sore hari disekolah sebelum ekstrakulikuler dimulai.

“ Hmm...bingung pengen kuliah dimana nih. Tinggal satu tahun lagi udah lulus “ ujar Danu.
“ Ya kamu sukanya apa? Kamu pernah bilangkan mau jadi psikolog? “ sahutku.
“ iya sih... tapi aku pengen kuliah di Malang. “
“ ya kalo kamu mampu dan bisa yaudah ke Malang aja. Aku juga pengen kuliah di Malang”
“ dimananya..? “
“ di kampus putih. Universitas muhammadiyah”
“oh...disitu”
“ iya,tapi kalo di izinin juga sih. Tapi kayaknya di sini-sini aja deh aku kuliahnya”
“ aku juga pengen kuliah disini juga,tapi ngga tau jadi apa ngga”
“ aku ke Malang kalo aku bisa dapat beasiswa. Biar ngeringanin biaya kalo disana. Hehehe... “
“ hmmm...moga kesampaian aja deh kamunya”
“ amin. Ntar kita ketemu disana ya. “

Percakapan itu selalu terbayang-bayang dalam ingatanku. Akan kami benar-benar bisa bertemu di kota itu?
Sekarang aku kehilangannya lagi. Dia pergi dari aku dan tetap berada disisi kekasihnya itu. Aku tak menyesali semuanya. Tapi aku masih terus bertanya-tanya. Apakah mungkin kami bisa bersama disana? Di kota Malang nan dingin itu?
Setelah putus aku dan Danu masih dekat. Tapi sekarang perasaanku sudah mulai pudar. Rasanya aku hanya menyayanginya. Tak lagi cinta dengannya seperti dulu. Tapi kadang aku masih saja berharap ia akan kembali padaku kali meskipun aku tak tahu kapan waktu itu datang. Apa yang membuatku sebegitu berharap?
Saat itu aku sedang marah dan kesal terhadap mantan kekasihku. Dan tiba-tiba saja sebuah message dari account whatsapp-ku datang.
“ Message from Danu : hey,kenapa marah-marah di twitter sama catfiz? Ada masalah?”
Entahlah angin apa yang tiba-tiba membawa pesan Danu sampai kepadaku. Akupun bercerita banyak padanya tentang sebab dari kemarahanku. Lalu ia pun mendengarkannya dengan baik. Memang tidak ada komentar apa-apa. Tapi setidaknya ia sudah menjadi pendengar yang baik untukku. Yang ku pikirkan “ apakah ia masih peduli denganku? Apakah ia masih sayang? Dan atas alasan apa ia menyapaku lebih dulu? Kebetulan atau takdir? “
Lalu apa lagi ini? Saat aku sedih terpuruk karena seseorang dan aku terus mengingat dan memanggil namanya. Ia kembali hadir tanpa ku minta. Dia menyapaku terlebih dahulu. Ia ada untukku disaat yang tepat tanpa perlu ku beritahu. “ apa ini hanya kebetulan lagi? Ataukah ia merasakan bahwa aku sedang memanggil namanya? “
Ini adalah tahun terakhir ia menjadi kakak kelasku. Nanti tak terasa akan tiba waktunya ia akan pergi untuk masa depannya. Dan akupun semakin sering bertanya-tanya “ akankah kami bertemu lagi di masa depan? “
Tak terasa waktu itu tiba. Ia lulus dan melepas putih abu-abunya,sedangkan aku masih disini menjalani tahun terakhirku. Ia benar-benar pergi ke kota impianku : Malang! Aku semakin semangat untuk bisa dapat beasiswa dan izin dari keluargaku agar aku bisa kuliah di Malang. Sekarang ia kuliah di Malang mengambil jurusan yang sebelumnya pernah ia bicarakan denganku yaitu psikolog. Aku hanya berharap jika ia menungguku disana.
Satu tahun sudah ia di Malang dan akupun mengikuti jejaknya kuliah di Malang. Aku masuk di salah satu Akademi Keperawatan di Malang. Saat aku ingin pergi ke Malang,aku memberitahunya terlebih dahulu via sms.
“ to : Danu ---- : Mas Danu,aku otw Malang. Ini masih di Bandara Juanda. Jemput aku bisa?”
Hampir setengah jam aku habiskan menunggu balasan dari pesan singkatku itu. Danu pun membalasnya.
“ iya,aku jemput kamu sekarang. Ketemu di Cafe Coffe ya. Tunggu aku my sweetly.”
Seketika aku tersentak membaca sms dari Danu. Ada yang berbeda dari caranya memanggilku : sweetly? Aku baru ingat bahwa waktu pertama kali dekat dengan Danu ia sempat memanggilku “my sweetly”. Rasanya mata ini ingin terus menatap setiap kata yang ada di layar handphone android-ku,yaitu pesan singkat dari Danu. Hatiku senang dan bibir ini tak bosan menggembang senyum. Lalu hatiku mulai bertanya “ apa sebabnya ia memanggilku begitu?” sejenak aku melamun dan senyumku pun mulai pudar. Saat aku melamun tiba-tiba aku tersentak oleh kalimat itu lagi : my sweetly!

“ hallo my sweetly. Akhirnya kamu kuliah di Malang juga. Jadikan bisa terus sama aku.”
Sapa riang Danu padaku saat aku terbawa lamunanku.

“ iya Mas,alhamdulillah banget bisa kesini. Mas aku mau tanya boleh? “
Balasku menyuguhkan sebuah tanya

“ silahkan sweetly. Emang ada apa?”

“ hmm,gini mas. Tumben Mas panggil aku sama nama panggilan sweetly? Itu panggilan waktu dulu kita masih dekat kan?”

“hhee,iya! Kenapa ngga boleh aku manggil kamu gitu yank?

Hah! Kalimat ini sangat menggantung. “yank” apa itu? Sayang? Eyang?atau apa.
“ nah sekarang Mas manggil aku “yank”! ada apaan sih Mas?”

Setelah pertanyaanku itu Danu hanya diam dan menatapku dengan mata yang berbinar binar dan menggembangkan bibirnya. Pemandangan yang bagiku dulu sungguh sulit ku lihat. Karena dulu aku hanya bisa melihatnya secara diam-diam dan sebab ia tersenyum bukanlah aku. Dan saat ini ia ada didepan mataku. Tersenyum manis dan menatapku dengan dalam. Tak lama setelah aku bertanya ia menjawab tanyaku.

“ masihkah kau mencintaiku? Aku sudah tak lagi bersama kekasihku. Sejak aku kuliah disini,aku putuskan jalinan kami. Dan itu demi kamu. Saat aku mengetahui kamu bisa kuliah disini karena mendapatkan beasiswa seperti yang pernah kau curahkan kepadaku,aku sangat bangga. Atas usaha dan semangatmu itu. Dan sejak aku di Malang gadis yang menanyakan kabarku disini hanyalah kamu! Kini aku sadar,mataku sudah terbuka melihatmu. Seseorang yang tulus mendampingimu meskipun tak dapat memilikiku. Aku sudah menunggu moment ini selama satu tahun. Nada,aku mau kau bisa memilikiku. Karena aku ingin memilikimu. Aku luluh atas ketulusanmu yang tetap disisiku sekalipun aku salah. Sekalipun aku bukan orang yang benar dan baik. Kau mengetahui semua  tentangku,dan kau telah menerimanya.”

Jawaban dari Danu benar-benar membuatku tak berkedip. Rasanya telingaku ini minta ulangi kalimat Danu saat berujar ingin memiliki aku. Betapa bahagianya aku saat ia menjelaskan semuanya. Dan ku jawab lagi pertanyaan Danu.

“ Jika benar kau mencintaiku apa yang bisa kau tunjukkan padaku? Aku pasti menerimamu karena selama ini hanya kamu yang aku tunggu dan aku cintai. Tapi bagaimana mungkin aku bisa percaya dengan mudahnya kau bisa mencintai aku? Sedangkan dulu kau lebih memilih orang yang kau sukai dibandingkan aku orang yang tulus mencintaimu?”

Danu terlihat berpikir menyusun kata demi kata untuk ia hamburkan keluar mulutnya untuk membalas pertanyaanku itu.

“ itu dulu. Aku tak bisa membuktikan apapun padamu. Karena rasa ini dari hatiku. Tak mungkin kau raba ataupun jamah. Yang jelas,sekarang hanya kamulah gadis impianku di kota impian kita dulu pernah berjanji : Malang”

Aku tersentak mendengar jawaban darinya. Rasa haru menyelimuti hatiku. Rasanya langsung ingin mendekapnya.

“ Mas Danu... aku sayang dan cinta kamu. Aku akan mendampingi kamu seutuhnya”
Balasku dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Setelah itu resmi sudahlah aku menjadi kekasihnya. Rasanya seperti mimpi. Memiliki apa yang dulu tak bisa ku miliki di kota yang pernah jadi khayalan dan impian aku dan Danu saja. Kota Malang seolah-olah menjadi perantara cinta kami.
“ aku menemukan impianku,di kota impian itu sendiri”

To be continued-------


Tidak ada komentar:

Posting Komentar