Jumat, 03 Agustus 2012

she bring a happiness for Me


Awal :
Hari yang sudah berlalu,ya sudahlah terlalui. Tak ada yang perlu disesali. Aku seperti biasa menjalani hidupku yang berteman sepi ini.
“Jel,kenapa bengong ?” tanya temanku yang tiba-tiba membuyarkan lamunanku.
“Hhee…ngga apa-apa kok Shita sayang” balasku dengan lembut dan sebuah simpul senyuman.
“Ada yang dipikirin yah Jel?Ada masalah?Sharing dong ke aku! Atau kamu masih mikirin si----“ Shita teman akrabku mulai nyrerocos lagi dengan polosnya,dan sejenak menghentikan kalimatnya menyuruhku menjawab.
“Shita Muliya Nirwana,teman baik-ku tercinta,tersaaayyaaangggg…. Aku ngga apa-apa! Cuman mikirin bisnis kok” jawabku sembari mencubit pipinya yang gembul itu.
“Aduuuhhhh Jel,iya iya iya deh…apa kata kamu aja! Tapi berenti dong nyubitnya. Kan sakit” dengan nada kesal iya menyahut.
“iya iya Shita sayang. Maaf ya! Habisnya,kamu nanya mulu..hhee” kali ini senyum lebar yang ku tunjukkan padanya.
Bel tanda masuk kelas pun berbunyi,segera aku dan Shita pergi ke kelas. Oh ya,perkenalkan aku adalah seorang gadis berusia 17 tahun,yang sedang menuntut ilmu di SMA kelas sebelas IPS,aku terlahir di lingkungan yang berkecukupan,ayahku seorang Polisi sekaligus perawat,ibuku hanya seorang PRT alias pekerja rumah tangga,aku anak sulung dari dua bersaudara,adikku laki-laki bernama Reyhan Aldion yang biasa disapa Dion,dan aku sendiri bernama : Anjeliya Radhian !

*dikelas---pelajaranpun dimulai
          Hari ini merupakan hari-hari dimana sebentar lagi aku akan pindah kelas---ke kelas duabelas. Ya,mungkin dalam kurun waktu kurang dari satu bulan saja lagi aku menempati dan bersama kelas ini. Kelas sebelas IPS 3 adalah kelas yang bagiku sangat berkesan selama ku tinggali. Aku sebangku dengan Shita tentunya. Ya,dia adalah teman baikku semasa SMA. Aku mengenalnya memang sudah lama,kami satu taman kanak-kanak,satu SD,dan dipisahkan beda SMP,lalu akhirnya berjumpa lagi di SMA. Awalnya memang tak se-akrab sekarang,tapi menurutku diantara teman ataupun sahabatku yang lainnya,Shita-lah orang yang benar-benar searah dengan jalan pikiranku..hhee! aku masuk jurusan IPS dengan bangga loh! Karena aku punya harapan besar kalo aku masuk dijurusan IPS yaitu beasisiwa. Dulu waktu masih kelas sepuluh,teman-temanku yang lain tuh berusaha banget buat masuk IPA,tapi hal itu ngga terjadi sama aku. Berhubung ngga terlalu tertarik sama ilmu alam,terus aku ngga suka ngitung-ngitung gitu. Aku lebih suka sosial : memahami kehidupan sekitar,mempelajari kejiwaan orang,mengetahui bagaimana kondisi ekonomi ataupun politik negara. Ya! Aku memang sangat tertarik dengan ilmu sosial,khususnya pada bidang sosiologi tentunya.
Pelajaran hari ini dibuka dengan mapel geografi. Bagi gue geografi adalah pelajaran yang cukup ngebuka lebar pintu pengetahuan gue tentang dunia.
“ Assalamu’alaikum. Selamat pagi anak-anak” sapa ibu geografi kami yang bernama sangat cantik yaitu Nurfatimah Cantikadewi. Yang akrab disapa ibu Tika oleh anak satu sekolahan.
“ Wa’alaikumsalam” jawab kami serempak satu kelas yang notabene beragama muslim, menjawab salam dari ibu Tika.
Ibu Tika yang sudah berumur namun masih terlihat menawan tersebut mulai memanggil nama kami alias lagi ngabsen! 10 menit beliau selesai mengabsen,lalu Bu Tika sedikit memberi penjelasan kepada kami.
“ kerjakan tugas yang sudah Ibu bagikan ini. Maaf sebelumnya Ibu tidak bisa mengajar seperti biasa hari ini dikarenakan Ibu sedang sibuk mengurus siswa baru dan mengurus kenaikan kelas tahun ini” jelas Bu Tika.
Ibu Tika memang bukan hanya sekedar guru geografi kami,beliau juga ambil bagian dalam struktur sekolah sebagai staf kesiswaan. Yang artinya beliau ngurusin segala sesuatu tentang siswa-siswi di sekolah ini. Bukan hal baru jika beliau teramat sibuk,trus ninggalin muridnya sama setumpuk tugas---huftt.
Bu tika sudah keluar dari kelas. Dan bukannya ngerjain tugas ya kami malah main dan keluar masuk kelas mondar mandir kesana-kemari. Ya,emang gitu keseharian kami…hahaha! Tugas kali ini ku ganti dengan melamun. Bukan soal cinta atau apa yang dilamunin,tapi soal hidup tepatnya tujuan dan cita-cita,bukan cinta! Sering banget aku kayak gini—sendirian,ngelamun,atau ngga baca buku,novel tentunya! Tiba-tiba Shita ngusik aku lagi,
“Jel,ke kantin yuk. Temenin aku makan. Laper nih.” Ajaknya manja.
“hmm…cuman nemenin?” tanyaku polos.
“ lah mau-mu emang apa Anjeliya sayang?” balasnya.
“ya bayarin gitu aku makan. Masa aku cuman ikut nemenin kamu makan,trus ngiler gitu ngeliatin kamu?” jawabku merayu.
“Anjel Anjel…! Yaudah kita makan bareng. Aku yang bayar.” Sahutnya dengan terpaksa.
“nah gitu dong Shisi” simpul senyum kurajut untuknya.
“hah? Shisi? Pliiisssss deh Jel…itu panggilan kecil aja. Aku udah SMA.” Ketus Shita menjawab.
“ Iya deh,nona Shita yang cantik. Yuk capcus” sahutku lekas.
Lalu kami-pun beranjak dari kelas menuju kantin. Disana banyak murid-murid lain yang juga sedang santai,padahal gurunya lagi ngajar dikelas. Ngga sengaja aku liat kearah kanan kantin. Kaka kelas yang selama ini ku kagumi sedang melamun sendirian. Tak seberapa lama,temannya membawanya beranjak dari pandanganku. Kaka kelas itu sudah lama ku kenal,mantan pacar teman baikku (bukan Shita). Ah lupakan----tak ada gunanya jika bicara soal ini,gumamku dalam hati. Shita yang sudah memesankan ku makanan,ia datang menghampiriku yang sudah lama duduk dimeja makan. Shita membawa jus wortel kesukaan-ku dan kue brownis coklat yang jadi favoriteku selama itu buatan ibu kantin..hhee. sedangkan Shita memesan nasi goreng dan the es manis tentunya. Itu makanan kesukaannya kalo lagi makan dikantin. Setengah jam berlalu---tak terasa jam pelajaran geografi sudah berakhir dan berganti lagi dengan pelajaran yang lain. Perut sudah terisi dan sekarang harus dibakar alias sekarang waktunya pelajaran olah raga. Hmm…bagiku pelajaran olah raga adalah hal yang relatif. Kadang asik dan lebih banyak ngga asik-nya. Aku suka basket. Ya! Dan basket selalu jadi tujuan utama saat olah raga gurunya ngga ada..hhee. waktu asik-asiknya main basket eh ada berita panggilan yang diumumin sama guru dari kantor guru.
“perhatian anak-anak. Berita panggilan untuk Anjeliya kelas 11 IPS 3 agar diharapkan secepatnya ke kantor guru.Ada yang perlu diselesaikan” suara ibu guru siapakah itu aku-pun tak tau. Yang ku tau,yang dipanggil itu adalah namaku.
Aku-pun bergegas menuju kantor guru dari lapangan basket yang hanya berjarak 300 meter dari tempatku berada. Segera ku telusuri dan ku cari guru yang memanggilku. Lalu ada seorang guru memanggilku,
“Anjeliya. Kemari. Masuk keruang kesiswaan” panggil ibu Rahmi yang membuat berita panggilan untukku tadi. Aku-pun lekas menuju ruang kesiswaan. Sesampainya disana yang ku lihat ada ibu Tika dan beberapa staf kesiswaan lain-nya terlihat cemas,lalu ku mulai pembicaraan diantara kami,
“Assalamu’alaikum. Saya Anjeliya. Ada yang memanggil saya bu?pak?”
“Jel,kamu ngga apa-apa kan?” tanya ibu Tika dengan cemas dan meremas tanganku.
“saya ngga apa-apa bu.  Ada apa ibu menjadi begini cemas terhadap saya?” tanyaku bingung.
“bukan hanya bu Tika yang cemas Anjel,semua guru mencemaskanmu” sahut Pak Roni,guru matematika-ku.
Aku semakin bingung melihat setiap raut wajah guruku yang terlihat sangat mencemaskan-ku. Lalu ibu Tika pun mulai menjelaskan.
“Anjel,tadi ada petugas dari polisi lalu lintas. Menemukan kendaraanmu dan kartu pelajar kamu di jurang dekat sekolah. Dan beberapa hari ini teman-temanmu mengatakan bahwa kamu sering melamun dan menyendiri. Ibu kira kamu nekad keluar sekolah tanpa izin dan bunuh diri” jelas bu Tika yang mulai berkeringat.
“hah kendaraan dan kartu pelajar saya bu?” jawabku bingung.
“saya dari pelajaran ibu tadi disekolah saja bu,tidak keluar sekolah. Saya jujur,tadi saya tidak mengerjakan tugas yang ibu berikan melainkan saya ke kantin dengan Shita.” Jelasku singkat.
“kalau kamu disekolah saja. Maka siapa yang memakai kendaraan-mu dan mengambil kartu pelajar kamu yang kemudian ditemukan oleh polantas tadi?” sahut bu Tika yang juga ikut bingung dengan apa yang terjadi.
“saya tidak tahu bu,sejak ibu keluar dari kelas---saya juga keluar kelas dan ke kantin. Mengenai kendaraan dan kartu pelajar saya,saya tidak tahu-menahu bu. Kartu pelajar,dan SIM saya memang berada di kunci kendaraan saya Bu. Gantungan kunci yang saya pakai muat untuknya,jaga-jaga kalo razia bu,jadi kalo ditaruh digantungan kuncinya,saya ngga akan lupa ataupun ketinggalan” jelasku panjaaang lebaarr.
“berarti ada yang memakai kendaraan kamu? Kamu menaruh kunci kamu dimana Jel?” tanya lagi dari Pak Roni.
“di dalam tas bu,namun yang tahu letaknya dimana cuman saya.” Balasku.
“coba cek tas kamu Jel. Bawa kesini. Bu Rahmi,suruh semua murid berkumpul dilapangan sekarang juga dan minta kepada guru pengajar untuk memberhentikan pembelajaran sementara.” Perintah bu Tika.
Akupun pergi ke kelasku sambil berlari untuk mengambil tas-ku. Ditengah lari-ku dilorong sekolah,aku hampir jatuh karena menabrak kaka kelas-ku yang tidak salah lagi adalah orang yang ku kagumi selama ini. Aku meminta maaf kepadanya dan memberikan sedikit ulasan senyum padanya lalu kembali berlari menuju kelas. Sesampainya dikelas,aku kebingungan mencari tasku yang ternyata tidak ada. Lalu ku cari Shita,yang tentunya kenal dengan tasku yang usam itu. Ku cari Shita kesana-kemari,namun nihil. Lalu ku dapati handphone Shita dalam tasnya,dan ku coba menelpon ke handphone-ku yang tentunya masih dalam tas itu. Ku cari sumber bunyinya,namun tak ada. Tak lama kemudian aku ingat tempat Shita saat sendirian,yaitu ruang gudang sekolah. segera aku berlari sekencang-kencangnya menuju gudang sekolah,dan ku harapkan Shita teman baikku ada disana.
“brak” ku buka pintu gudang itu.
“Shita,shita..adakah kamu disini? Aku membutuhkanmu Shita. Sekarang” teriakku penuh.
“ ada apa nona Anjeliya-ku sayang?” jawab Shita perlahan menghampiriku.
“ kamu lihat tasku ngga? aku lagi dalam masalah nih.” Jawabku ngos-ngosan.
“ tasmu? Mana ku tau Jel. Dari tadi aku disini tidur. Kamu kan tau aku ngga suka pelajaran olah raga,jadi aku sembunyi disini aja tiduran.” Jelas Shita padaku.
“ oh yaudah. Lanjutin aja tidurmu”  balasku singkat.
Segera aku berlari lagi menuju kantor guru. Sesampainya disana ku jelaskan bahwa tasku hilang. Guru-gurupun kebingungan. Para murid yang sudah dikumpulkan dilapangan mulai di absen,memastikan siapa yang tidak ada atau tidak ikut berkumpul di lapangan. Dari absen para guru diketahui tidak ada murid yang keluar sekolah. kalaupun tidak hadir diantara mereka ada yang sedang mengikuti lomba dan sedang sakit ada juga yang izin. Menghilangnya tasku dan ditemukannya kendaraanku beserta kartu pelajarku dijurang tanpa diriku,menjadi misteri dan buah bibir para guru selama hampir dua minggu. Para guru menyelidiki kasus ini,namun karena sebentar lagi ulangan umum kenaikan kelas diadakan dan itu menjadi fokus utama satu sekolahan maka kasusku ini ditutup saja.
Lama berselang. Ulangan umum sudah selesai. Aku berharap masih satu kelas dengan Shita nanti dikelas dua belas. Setelah ulangan umum hari-hari kami disibukkan mengurus anak baru disekolah. Meskipun aku bukan OSIS ataupun ikut organisasi tertentu disekolah aku tetap ambil bagian setiap tahun ajaran baru ataupun kegiatan sosial lainnya,termasuk MOS tahun ini. Mungkin ini adalah tahun terakhirku ikut ambil jatah dalam pelaksanaannya. Karena tak terasa tahun depan aku sudah memulai hidup baru dengan tujuan baru : kuliah!

Satu tahun berlalu. Aku sudah menyelesaikan tugasku di SMA. Ini adalah awal baru lagi bagiku. Dimana aku akan belajar bersosialisasi lagi dengan lingkungan baru---berbaur dengan kehidupan baru,dan beranjak lebih baik lagi. Selepas SMA aku kuliah dan memutuskan cita-cita ku menjadi seorang guru. Namun,tak bisa dihindari jika dalam hatiku ada impian untuk menjadi seorang penulis,psikolog,dan jurnalis. Itulah yang selama masa SMA sering ku lamunkan..hehehe. aku tidak nge-kost,tapi tinggal di sebuah rumah yang ku sewa pertahun. Mengenai bisnis saat ini,aku masih merintisnya---melalui kerajinan kain flanel yang ku buat sendiri. Dari uang hasil jualanku itulah aku mencicil uang sewa rumah yang ku diami sendirian ini. Rumah ini cukup untukku sendiri,rapi,bersih,warna temboknya orange dan langit-langitnya berwarna biru---ya rumah ini benar-benar rumah impianku. Setelah kuliah aku dan sahabatku Shita sudah tidak bersama lagi. Ia disibukkan mengurus hotel milik keluarganya,dan sementara memilih tidak melanjutkan kuliah. Shita ingin kuliah,namun hotel yang dikelola keluarganya sedang memerlukan dirinya---yang membuat Shita tidak mengambil kuliah teknologi,informasi dan komunikasi sebagaimana yang ia impikan selama ini. Semasa dulu,Shita selalu berharap bahwa ia akan jadi dosen yang mengajar tentang teknologi,informasi dan komunikasi yang akrab disapa IT diperkuliahan.
Back to mylife now.
Selama kuliah aku sangat bebas tanpa orang tua ataupun keluarga. Karena aku kuliah bukan ditempat aku tinggal. Aku memilih menyeberang provinsi demi cita-citaku menjadi seorang guru. Selama kuliah aku aktif dalam kegiatan seni dan basket tentunya---aku menjadi ketua mading di kampusku,dan menjadi salah satu anggota tim basket putri tentunya---serta aktif di kegiatan sosial. Hingga saat ini aku sangat sibuk dengan berbagai kegiatan kampus---bulan Juni tahun ini kampusku mengadakan acara bakti sosial dan car free day. Di acara ini aku menjadi salah satu panitianya,karena aku adalah ketua mading. Tim mading yang di pimpin olehku akan mengadakan lomba recycle atau daur ulang barang bekas---yang mana pesertanya harus kreatif untuk bisa memenangkan lomba yang ku buat ini. Selain sibuk untuk acara kampus,aku sibuk mengurus seorang teman yang bisa dibilang sakit jiwa (bukan gila). Sebut saja namanya Rindu,namanya sangat indah---namun ia memiliki keterbelakangan mental. Secara fisik dia normal layaknya aku,namun secara kejiwaan dia memiliki keterbatasan. Ia satu komplek denganku,seumur denganku,dan aku menjadikan dia sebagai teman baikku---meskipun ia memiliki keterbatasan. Ia mengalami stress berat sejak kedua orang tuanya cerai,adiknya meninggal karena sakit---sedangkan kakak kandungnya hidupnya pun hancur seperti dia---bahkan lebih parah,menjadi seorang penikmat barang haram : narkotika. Beruntung Rindu tidak terjerumus dalam pergaulan kakaknya itu. beberapa bulan yang lalu ku temukan Rindu sedang meneguk hampir segenggam obat penenang---aku panik,dan langsung memberikan pertolongan untuknya. Dia selamat---tak jarang usahanya untuk bunuh diri kutemukan,dan beruntung---aku selalu berhasil menyelamatkannya dari maut. Rindu memiliki kekasih yang sangat setia terhadapnya,namanya Leon. Leon menjadi kekasih Rindu sedari SMA sebelum keluarga Rindu hancur---hingga sekarang Rindu mengalami sakit jiwa. Leon yang kuliah dikedokteran,berharap Rindu bisa lekas sembuh dari keterpurukannya. Aku dan Leon adalah keluarga satu-satunya yang dimiliki Rindu. Akhir-akhir ini Rindu mulai bisa ku tinggal,namun tetap saja tak lepas dari pengawasanku---meskipun hanya lewat sms atau telepon. Dalam satu jam aku harus menelpon-nya dua kali,memastikan bahwa keadaan dia tidak sedang berusaha bunuh diri lagi. Leon yang sibuk dengan kuliahnya,hanya bisa mengunjungi Rindu apabila ada libur atau akhir pekan saja---itupun tak pasti. Rindu dan Leon adalah contoh sepasang insan yang setia. Aku bangga dengan Leon yang mampu menerima keadaan Rindu.
3 bulan kemudian.
Acara kampus sudah selesai. Midtest sudah ku jalani,dan sekarang aku hanya disibukkan mengurus Rindu---menemani dia dirumahnya yang hanya berjarak 2 rumah setelah rumahku. Keadaan Rindu kian hari semakin membaik,dimulai dari fisiknya yang kini mulai berisi---kemudian ia mulai berani keluar rumah,meskipun hanya diteras depan---ia mulai belajar lagi dari awal seperti manusia yang baru dilahirkan. Leon hampir menyelesaikan kuliahnya,dan akan segera libur panjang karena dinasnya dirumah sakit sudah selesai---tugas dan urusan kuliahnya untuk semester ini pun sudah dituntaskannya agar ia bisa menemani dan melihat perkembangan Rindu yang semakin membaik.
Leon pun datang kerumah Rindu untuk menjaga Rindu setiap hari---menggantikan aku. Kini tugasku agak ringan karena ada Leon yang siaga 24 jam disisi Rindu. Sebelumnya,mengapa aku mengenal seorang Rindu?? Begini ceritanya----
Pada saat menunggu kelulusan SMA aku mulai mencari rumah untuk ku sewa sendiri di daerah Malang. Dan ku temukan sebuah iklan yang dipasang oleh seseorang di komplek yang juga ditinggali Rindu. Aku pergi mengecheck rumah itu yang dekat dengan rumah Rindu. Saat itu situasi keluarga Rindu masih utuh dan biasa-biasa saja. Aku berkenalan dengan dia karena dia seumuran denganku. Dia menjadi teman pertamaku di Malang khususnya di komplek tempat sekarang aku tinggal. Dua minggu aku mulai mencoba menempati rumah itu---awalnya tenang,sampai dimana orang tua Rindu berpisah---dan Rindu kabur kerumah ku karena tidak tahan melihat pertengkaran orang tuanya dirumah.
Saat itu jam menunjukkan tepat pukul 11 malam. Aku masih bangun saat itu karena selama aku dalam masa percobaan tinggal dirumah itu--yang ku kerjakan adalah membuat kerajinan dan online  untuk mencari berbagai informasi tentang kelanjutan dari pendidikanku. Lalu tiba-tiba terdengar suara yang menyebut namaku disertai jeritan tangis yang menyayat hati,
“ anjel…anjel…buka njel….anjeliya… ini aku Rindu..buka-kan aku pintu jel..” raung Rindu sembari menangis.
Aku terkejut dan berlari menuruni tangga menuju pintu utama,segera membuka-kan pintu. Setelah ku buka Rindu langsung memelukku---air matanya membanjiri bajuku,tak urung peluhnya ikut menetes deras. Ku tenangkan dia,ku ajak dia bicara namun ia hanya diam dan terus menangis---lalu ku biarkan dia sendiri di kamarku sejenak. Sementara aku asik melanjutkan kegiatanku di ruang tengah. Tak terasa larut malam sudah,akupun berhenti dari kesibukkan-ku,dan masuk ke kamarku---ku dapati Rindu sudah tidur pulas meringkuk ketakutan. Dalam hatiku bicara : Tuhan,semoga Rindu selalu Kau jaga,kuatkan Rindu yang lemah ini Tuhan!
“allahuakbar…allahuakbar…” gema adzan subuh ku dengar. Aku yang baru tidur selama 3 jam bergegas bangun dan mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat subuh. Setelah berwudhu aku terkejut melihat Rindu sedang didepan laptopku---ia menatap wallpaper laptopku itu,ia tertegun---dan akhirnya menitikkan air mata. Ku biarkan hal itu sementara aku melaksanakan sholat. Setelah sholat,ku hampiri Rindu---ku peluk tubuhnya yang lebih kecil dan mungil dibanding aku dengan lembut---ku ajak ia bercengkrama,
“Rindu sayang…bisakah kau berbagi cerita denganku atas kejadian semalam? Dan mengapa kau begitu takjub melihat wallpaper laptopku? Bukankah itu hanya fotoku dan keluargaku saja?” tanyaku menghujam untuknya.
“hmm…anjel.. mami sama papi cerai,kakakku pergi dari rumah,adikku di titipkan dirumah eyang di sumatera--- aku takjub Anjeliya melihat kebersamaan kalian yang begitu sempurna bagiku---dan tak pernah ku dapati itu Jel” jelasnya tenang.
“Rindu…aku tak mau kau terus bersedih hanya karena keluargamu tidak harmonis---memang menyedihkan,tapi cobalah untuk kau biarkan mereka,dan jika kau bisa memperbaikinya,mengapa tak kau coba?” secara halusku bicara.
“aku ingin,namun tak bisa Anjeliya. Mami dan papi tetap memilih cerai meskipun anak-anaknya mati. Mereka tidak akan peduli---mereka egois jel” nada bicara Rindu mulai emosi.
“ya sudah…kalau tidak ada yang bisa kau perbuat.. tenangkanlah dirimu sejenak dari masalah ini. Aku akan menjagamu Rindu,karena kita teman---kita saudara” jawabku mencoba meyakinkannya untuk tetap dirumahku.
“terimakasih Anjeliya,kau memang teman baikku---bolehkah aku tinggal disini selama mami dan papi mengurus perceraian mereka? Aku tidak mau mendengar pertengkaran mereka saat dirumah Jel” pintanya lembut.
Dan segera ku jawab, “tentu saja kau boleh disini,seberapa lama engkau disini bersamaku takkan jadi masalah. Hanya saja minggu depan aku akan kembali ke Tanggerang menemui keluargaku dan mengurus kelulusanku dan setelah itu aku akan tinggal disini selama kuliah. Apakah kau akan ikut denganku atau tetap disini menempati rumahku selama ku tinggal pergi?” jelasku.
“hmmm….aku mau ikut kamu,tapi aku ngga punya cukup uang---lagi pula sepertinya lebih baik aku menjaga rumah ini selama kamu tinggalkan---sembari aku menenangkan diri” balas Rindu.
“ oh,kalau begitu mau-mu tentu akan ku turuti” singkat balasku.
Akhirnya aku harus kembali ke Tanggerang menemui dan mengurus segala sesuatu untuk aku kuliah di Malang. Baru 3 hari aku di Tanggerang tiba-tiba ada nomer tidak dikenal menelponku,suaranya terengah-engah seperti orang yang sedang lari maraton,dia bicara…
“Anjeliya? Ini Leon kekasih Rindu--- Rindu dimana? Aku mencarinya dirumah tidak ada. Apakah dia dirumahmu?” ternyata yang menelpon itu adalah Leon.
“iya ini aku--- Rindu ada dirumahku. Check dia Leon,3 jam yang lalu aku ngsms dia sampai sekarang belum dibalas---ku coba menelpon tapi tidak di angkat” jawabku.
“ akan ku check--- nanti ku telepon lagi kamu. Terimakasih jel” sahut Leon dan teleponpun terputus.
Setelah mendapat telepon dari Leon yang ngos-ngosan tadi,aku jadi khawatir dengan Rindu. Sampai malam tiba Leon belum memberiku kabar---entah via telepon atau sms. Aku kalang kabut menelpon Rindu,namun tak ada jawab. Lalu aku menelpon Leon berkali-kali,dan pada telepon yang ke 10 akhirnya Leon menjawabnya.
“maaf anjeliya. Aku baru bisa menjawab teleponmu. Rindu sedang dirumah sakit jiwa--- aku,aaaku membawanya kerumah sakit jiwa--- dia sakit Jel. Apakah tindakanku salah?” kalimat yang terucap dari Leon membuatku bingung.
“Rindu sakit apa sampai dia harus dibawa kerumah sakit jiwa? Strees yang dia alami semakin parah? Jawabku cemas.
“Rindu melakukan hal itu lagi Jel---dia mencoba untuk menghentikan hidupnya dengan cara menggurung diri dan ingin melompat dari loteng rumah kamu” sahut Leon gemetar.
Nampak kecemasan yang begitu dalam dari lirih suaranya. Setelah mendengarkan penjelasan Leon akupun segera pulang ke Malang esok paginya.
Sesampainya di Malang aku dikejutkan dengan kedatangan Leon dan Rindu yang menghadangku di bandara. Aku hanya tergetun melihat semua itu. Namun,tak banyak yang ku tanyakan---menurutku jika dalam semalam saja Rindu sembuh itu sungguh keajaiban---aku tak mau mempermasalahkannya. Dan sejak kejadian itu aku tak pernah meninggalkan Rindu sendirian dirumah. Namun seiring kesibukanku dikampus,mau tak mau aku harus membiarkan Rindu sendirian dirumah. Namun sudah menjadi kewajiban bagi Rindu jika ia akan membalas pesanku jika aku tak bisa menelponnya,dan ia akan menjawab telponku jika aku ingin mengetahui kabarnya. Hingga kini perkembangan Rindu sangat signifikan berkembang sangat positif---entah apa yang bisa merubahnya begitu dalam waktu singkat.
3 bulan kemudian.
Aku mendapat surat dari seseorang yang sangat ku kenali tulisannya---ketika itu Rindu sudah bisa di vonis sembuh dari streesnya. Ia pergi dan tinggal ditempat neneknya (dari papi-nya)  yang hanya berjarak satu jam dari Malang. Isi suratnya begini :


Untukmu teman sejatiku… Anjeliya tersayang..

Maafkan aku sudah memasuki hidupmu dan membuat hidupmu kacau dengan masalah yang ku alami. Anjeliya…terimakasih sudah mau membagi segalanya padaku…
Terimakasih atas ketulusanmu selama ini…
Kau bidadari di dunia yang tulus hatinya…
Kau adalah teman yang tak akan ku lupa hingga ajalku datang..
Namun aku sudah tak kuat bersandiwara..
Senyum yang mengembang adalah palsu..
Sikapku yang normal juga palsu..
Aku masih sakit…masih terluka dalam atas masalah ini…
Tak  mampu ku pikul semua ini…
Aku putus asa..

Dengan sampainya surat ini kepadamu…
Ketahuilah,aku sudah di alam lain…
Di kedamaian…disisi Tuhan… tentram..
Permintaanku untukmu sebagai teman yang paling ku sayangi…
“ jadilah kekasih untuk Leon,jadilah pendamping hidupnya… belajarlah untuk menemaninya,mencintainya”
Hanya itu…Anjeliya…
Atas semua yang telah terjadi ikhlaskanlah..
Jika kau tak mau menuruti pintaku.. aku ikhlas saja Anjeliya..
Namun alangkah baiknya jika kau yang mendampingnya,bukan yang lain..
Jika kau yang disisi Leon..aku akan lebih tenang disini… aku tak akan murka..
Karena aku ikhlas..dan itulah pintaku…

Anjeliya teman terbaikku..
Maaf dan terimakasih selalu ku rapal padamu…
Atas segalanya…semuanya…

Aku mencintaimu Anjeliya.. jaga Leon…
Jika kau tak mampu menjadikannya pendampingmu..
Setidaknya tolong jadikan ia tempatmu berbagi suka dan duka layaknya kita..

Sampai jumpa Anjeliya.. di kehidupan kedua yang lebih damai..
Seperti yang ku jalani kini

Salam hangat penuh cinta
Yang terakhir dari temanmu
Rindu…








Hatiku gemetar….surat yang ku genggam jatuh. Air mata menganak dipipiku. Tak bisa ku terima---jika Rindu kini telah tiada. Setelah itu aku langsung menelpon Leon---dan ternyata Leon juga mendapat surat yang sama dari Rindu dan sama baru sampai tadi. Tanpa pikir panjang Leon mendatangi rumahku. Ku persilahkan ia masuk. Ia duduk ditepi kolam renang bersamaku---tanpa sadar kami saling menangisi---tangis yang hadir karena duka kepergian Rindu. Ia memelukku erat layaknya ia memeluk Rindu dengan tulus dulu. Ia berbisik padaku,
“ bisakah kita menuruti pinta terakhir dari Rindu Jel?” tanya-nya.
“ aku tak pernah tahu bagaimana nanti,alangkah baiknya jika kita biarkan saja waktu berjalan---dan kehilangan ini beranjak” jawabku bijak.
“baiklah..tapi bolehkah aku mencium keningmu sekali saja. Sebagai tanda aku akan menjalankan pinta Rindu---aku akan menjagamu untuknya” pintanya lirih.
Aku hanya mengangguk pertanda mengiyakan. Ia mencium keningku dan berbisik ditelingaku “Anjeliya,kau adalah malaikat untuk Rindu,dan untukku dari Tuhan”. Aku hanya membalas dengan senyuman atas apa yang diungkapkan Leon padaku. Aku mengetahui betapa dalamnya cintanya pada Rindu. Betapa ia tak pernah mengira semua berakhir tragis seperti ini.
Beberapa bulan kemudian,Leon sudah resmi menjadi dokter. Ia telah menyelesaikan studinya. Aku hadir dalam wisudanya---begitu pula keluarganya---yang ternyata mengetahui secara utuh apa yang sudah terjadi diantara kami. Mama Leon tiba-tiba nyeletuk diantara makan siang disebuah restoran sepulang dari wisuda Leon,
“ udah resmi jadi dokter. Kamu boleh nikah yon---dengan ehm Anjeliya” mama Leon berujar sambil tersenyum tipis.
“ ah,mama ini---aku belum resmi kerja kan. Sama Anjeliya? Emang Anjel mau sama aku ya ma? Doa’in supaya Anjel mau ya ma,hahahaha” balas Leon dan tertawa seenaknya melirikku.
Aku hanya bisa tersenyum mendengar kalimat-kalimat dari anak dan ibu itu. Dalam hatiku bicara “ Rindu..aku akan segera jadi pendamping Leon,mungkin satu minggu lagi”. Setelah acara makan siang yang penuh canda itu,malam harinya aku dinner dengan Leon. Jujur,memang sejak mengenal Rindu akupun dengan jelas mengenal siapa Leon---bagaimana dia,aku sudah tahu semua. Sehingga bukan hal yang baru jika ia kerumahku untuk mengantar makanan,atau aku kerumahnya untuk ikut acara keluarganya. Aku bukan lagi orang asing dikeluarga Leon,aku dan mamanya sering masak bareng kalo weekend. Aku jadi pengobat pilu bagi mereka semua setelah kepergian Rindu. Mobil Honda Jazz milik Leon pun datang siap menjemputku. Aku segera masuk ke mobil karena saat itu sedang gerimis. Di dalam mobil kami bingung mau dinner dimana,akhirnya kami putuskan buat pergi ke mall dan mencari tempat makan disana. Kami sampai disebuah mall yang cukup ramai---kami berkeliling mencari tempat makan. Akhirnya kami menemukannya---sangat tepat---sangat romantis. Sebenarnya tidak ada ikatan diantara kami berdua layaknya Leon dan Rindu dulu---namun kami terikat dalam satu pinta dari Rindu yang mengharuskan kami untuk bersama. Selesai makan malam kami masih di sebuah restoran kecil itu,dan dengan serius Leon memulai pembicaraan,
“Anjeliya…seperti yang pernah ku katakan---kau adalah malaikat yang dikirimkan Tuhan—dulu untuk Rindu---sekarang untuk aku. Maukah kau menjadi pendampingku seperti pinta Rindu? Aku meminta ini bukan karena semata wasiat dari Rindu,tapi karena sejak awal kita mulai akrab aku menyukaimu---layaknya aku dulu menyukai Rindu. Namun kini,aku jatuh cinta denganmu---sejak aku kehilangan Rindu…kaulah semangat lain yang hadir disela keterpurukkan hidupku. Anjeliya… will you marry me?” ungkap Leon.
Aku kaku dan membisu,sangat speechless dibuatnya. Bingung dan melting serta salting tiba-tiba menghampiriku sejekap setelah Leon mengungkapkan semuanya. Aku terpana akan kalimat yang keluar dari bibirnya,sembari bahagia menyelimuti jikalau akupun sebenarnya sama seperti dia. Tanpa ragu dan setelah melalui perjalanan berkeliling ingatan beberapa detik aku menjawab pernyataan Leon,
“ I do ! cause u is my destiny. God giving u to come into my life,to changed all---to make me so happiness like now. Leon… our will make Rindu’s dream is real.” Begitu kalimat balasanku yang ku sampaikan melalui sms. Padahal Leon ada dihadapanku. Aku sangat tak mengira bahwa pada akhirnya aku dan Leon benar-benar bisa mewujudkan harapan Rindu. Sms-ku sampai di handphone Leon---segera dibukanya. Dan raut wajah bahagia nampak jelas dari senyum yang ia simpulkan indah untukku. Aku tersenyum sambil membuka lagi pembicaraan,
“Leon…kau adalah takdir yang diberikan Tuhan melalui Rindu---malaikat bagiku adalah Rindu,tanpanya…kita tak akan bisa seperti ini. Bisakah kita pergi ke makamnya besok atau lusa? Ya,se-segera mungkin kita kesana. Kita harus kunjungi dia,dan beritahu dia bahwa kita mampu melaksanakan pintanya” jelasku sambil tersenyum.
“okedeh mydarling..hehehe Rindu akan selalu tersimpan indah dalam hati kita,dia tetap ada dan hidup dalam ingatan kita. Nanti kita akan kunjungi dia,mungkin besok saja. Anjeliya,ini untukmu….bukalah” Ucap Leon sambil menyodorkan sebuah kotak berwarna merah hati yang ku yakini itu adalah cincin untukku. Ku buka kotak yang ia berikan. Seperti yang ku harapkan,dalamnya memang sebuah cincin berwarna silver dan jika dilihat lebih jelas,di dalam cincin itu terukir sebuah huruf “ R”. sejenak aku kaku kembali---apa maksud Leon memberikan cincin berinisialkan huruf R---apakah sebenarnya itu untuk Rindu? Pikirku menerawang. Tanpa perlu ku minta Leon mulai menjelaskan,
“ cincin ini adalah cincin yang penuh kenangan untukku saat dengan Rindu. Aku tak bermaksud apa-apa memberikan ini padamu. Ketahuilah jika wasiatnya kepadaku selain menjagamu adalah memberikan cincin yang sempat ku pasangkan di jari manis kanannya saat ia memutuskan untuk tinggal di tempat neneknya sampai akhirnya ia memilih hidup di alam lain dengan damai. Ia berpesan dalam suratnya “ Leon,berikan cincin ini pada Anjel pada saat kau memutuskan untuk hidup secara utuh dengannya---jadikan ia istrimu dengan cincin ini. Meskipun berukir inisial namaku,aku ingin cincin ini jadi saksi bisu cerita kita,aku,kamu dan dia! Berbahagialah…karena aku akan bahagia jika kalian bahagia” aku mulai meneteskan air mata membaca surat Rindu yang ditujukan untuk Leon yang mewasiatkan cincin ini untukku. Aku sungguh terharu. Keesokan harinya aku dan seluruh keluarga Leon pergi kemakam Rindu. Setelah dari makam kami pergi ke Tanggerang. Ibuku yang sudah mengetahui semuanya tentu sudah siap dengan kedatangan kami.
Sesampainya di rumahku,dimulailah acara lamaran kami. Tentu keluargaku menerima lamaran dari keluarga Leon yang tak lain adalah orang yang ku temukan melalui malaikat kecilku Rindu.
Setahun kemudian.
Akhirnya tepat ditanggal hari kelahiran Rindu kami resmi menikah dan saling mendampingi. Rindu takkan pernah mati bagi kami. Sungguh,tak pernah ada yang menyangka bahwa aku menemukan lelaki impianku melalui liku yang panjang dan berakhir bahagia. Aku dan Leon akan terus menjadikan Rindu sebagai malaikat kecil yang kini damai disurga. Kami berharap bahwa ia akan tersenyum melihat kami saat ini. Bahagia---bersama--- mampu mewujudkan apa yang ia inginkan. Dalam hati kami berucap “ Rindu,terimakasih atas kisah ini. Tanpa hadirnya kamu,tak akan ada bahagia ini--- Rindu,tenanglah engkau di kedamaian,seperti yang kau impikan selama kau ada di dunia nyata. Rindu,kau akan terus hidup diantara kami---disela kebahagiaan kami”

TAMAT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar